Title :
The Spy Next Door
Title chapter : Mission Target
Author : Kim
Hyun Na a.k.a Fidya Amelia
Main cast : Huang
Zi Tao, Kim Hyun Na, Kim Jongin, EXO Member, Kim Hyun Jie
Genre : Action,
Friendship, Romance, Fantasy
Length :
Chaptered
Disclaimer : famelia28.blogspot.com
746589O991579N9175D908251A19109-T9571-A97386P61086110011111116A865101 Put the password below:
_
_ _ _ _ _ _ _
Chapter 3
Apa yang akan kuketik? Apa tak apa bila aku
melakukannya? Apa aku menunggu saja? Sudah setengah jam mereka tak muncul. Dan
hari mulai petang. Aku mau pulang. Jika aku menunggu mereka...
Tapi aku penasaran dengan komputer ini. Sebentar kurasa aku tahu. Bukankah
itu seperti anagram? Pertama, hilangkan semua angka. Kedua, fokuskan pada semua
huruf yang ada. Dan sepertinya cocok dengan jumlah huruf yang harus kumasukkan.
Ada _1 _2 _3 _4 _5 _6 _7 _8 huruf. Dan benar saja, huruf yang ada di 746589O991579N9175D908251A19109-T9571-A97386P61086110011111116A865101 adalah 8 huruf
yaitu ON DATA PA. Harus dicak dulu nih. Ketiga, masukkan!
TAO PANDA
ACCESS GRANTED!
Yah, correct! Hahaha i got it! Kurasa aku akan mendaftar menjadi bagian
dari CIA atau FBI. Huahaha! Wow! Tao Panda. Kurasa password itu terlalu mudah.
Tapi terkadang aku juga penasaran dengan kata Panda. Apa hubungannya dengan
hidupmu? Tak mungkin jika hanya karena mirip dengan lingkar matamu.
Tapi sudahlah. Aku sudah berhasil membuka akses komputermu. Sekarang apa
lagi? Baru saja muncul desktop, mengapa tiba-tiba muncul ini? Apa lagi ini?
SMTOWN Concert? Wah, kali ini aku benar-benar dikejutkan olehmu. Apa kau
fanboy? Huwaa! SMTOWN! Download? Mwo? Mengapa tiba-tiba muncul perintah
download? Apa harus aku download? XOXO? Maksudnya apa ini? Kiss hug kiss hug?
Ah, download sajalah! SMTOWN ‘kan pasti bagus semua. Ini seperti tiket untukku
masuk kesana. Apa benar?
0 % Downloading...
25% Downloading...
50% Downloading...
75% Downloading...
100% DOWNLOAD COMPLETE
Yaey! Berhasil berhasil hore! Nanti saja aku dengarkan. Yang penting sudah
aku simpan di USB. Yah, apa tindakanku benar? Yang pasti salah. Maafkan aku! Baiklah,
sebelum mereka mempergokiku menggunakan komputer ini, aku harus segera
menyelesaikan tugasku. Jadi, tak apalah Tao tak mengerjakannya. Agar semua
beres dan aku bisa segera pulang.
5.50 PM KST
“Kau sudah pulang?”, tanyaku pada namja yang raut wajahnya terlihat lelah.
“Yah! Gara-gara kau, aku harus mengganti banku. Dan itu luar dalam.
Keduanya pula. Dan yang paling tak kusenangi, banku berubah menjadi ban biasa
dan tak berukir Panda lagi!”, kesalnya padaku dengan nada agak meninggi.
“Mianhae!”, aku terbelalak mendengarnya dan hanya itu yang bisa kulakukan.
“Sudahlah. Jadi, bagaimana tugasnya?”, ia menyudahi dengan mengganti topik.
“Sudah semua. Dan karena sudah hampir petang, aku pulang saja. Biar aku
cetak di rumah saja. Arasso! Aku pulang.”, akhirnya aku pulang ke sebelah
rumahnya dan ia hanya melihatku berlalu.
*****
Normal POV
“Hyung!”,
panggil seorang namja kepada namja yang lebih tua darinya.
“Mwo?”,
balasnya menghampiri namja yang sedang mengoperasikan komputer.
“Sepertinya
ada yang sudah mendownload file ini sebelum kita.”, jelasnya dengan wajah
khawatir.
“Lalu?”,
tanyanya datar.
“Yah,
hyung! Kita tak bisa mendownloadnya.”, dengan wajah lebih khawatir lagi.
“Itu
urusanmu. Tak tahu betapa tersiksanya aku di penjara sebelum kau bebaskan? Dan
kau ingin aku melakukan apa?”, tanyanya kesal.
“Hyung,
kau ini tak sabaran. Kau hanya di penjara trainee selama 4 menit. Kau tahu empat
menit!”, sambil mengulangi.
“Empat
menit yang tersiksa. Dan itu telah merusak reputasiku.”, balasnya.
“Tenanglah,
hyung! Tak akan ada orang yang bisa merusak reputasi kita selama aku bisa
berteleportasi.”, jelasnya menerangkan.
“Ne.
Arasso. Lalu bagaimana?”, tanyanya ingin membantu.
“Kita
harus mengambil file itu. Dan kurasa aku tahu siapa orangnya.”, senyum evil
terpancar di raut wajahnya begitu mendapatkan sinyal orang yang kiranya
mengunduh file tersebut.
*****
Tao POV
“Kemarin
kamu tidak masuk ke kamarku sama sekali?”, tanyaku penasaran.
“Tidak.
Untuk apa? Kau pikir aku cewek apaan masuk kamar cowok sembarangan?”, jawabnya
menyolot.
“Hey,
tenanglah! Aku bertanya baik-baik mengapa kau jawabnya begitu. Lagipula aku
sudah memberikan izin padamu. Lalu kamu mengerjakan tugasnya dengan apa?”,
tanyaku ingin tahu.
“Ehm...
dengan ponselku.”, jawabnya terlihat ragu.
“Mengapa dengan ponsel? Sudah difasilitasi mengapa tak digunakan?”, tanyaku
lebih rinci.
“Tetap
saja. Itu rumahmu. Dan itu barang-barangmu. Aku tak berani menyentuhnya.”,
jawabnya yang membuatku curiga.
“Kau
yakin?”, kusipitkan mataku menghadapnya.
“Ne.”,
jawabnya yang membuatku semakin curiga lagi.
“Ayo, pulang!”, ajakku pada yeoja yang duduk di sebelahku.
“Ani.
Hari ini kamu pulang saja duluan. Aku akan menemui teman lamaku di Lotte. Kau
tidak apa-apa, kan?”, mengapa dia mendadak begini.
“Yah,
kau pikir aku tukang ojek yang bisa kau suruh-suruh seenaknya? Aku mengantarmu
bukan karena maksud lain. Tapi hanya karena eomma. Bisakah kau menghargai
itu?”, biarkan saja dia kumarahi. Aku sedang tak ingin diganggu. Moodku
tiba-tiba turun.
“Geudae,
aku sudah ada janji dengan temanku.”, jawabnya.
“Geurae.
Aku duluan kalau begitu. Aku sudah di telpon eomma untuk mengantarnya ke rumah
temannya.”
“Tapi,
tak apa. Setidaknya aku bisa melajukan kendaraanku lebih cepat saat tak
memboncengmu. Jadi, aku bisa segera sampai di rumah.”, tambahku.
“Ne.
Gomawo!”, tambahku lagi.
“Ne.”,
dia hanya menganggukkan kepala. Aku segera sampai di rumah dan mengantarkan
eomma.
Hyun Na POV
Aku
sangat bersemangat sekali. Aku tak sabar ingin menemui teman SMP ku sepulang
sekolah. Aku ingin menunjukkan padanya sesuatu. Aku selalu berbagi dengannya.
Apa saja. Eh, tentu hal-hal yang bisa diberikan sebagai teman. Tepatnya
sahabat. Oh, khusus dia. Dia adalah twinnieku. Tak kembar memang. Tapi kami
menobatkan diri kami sebagai twinnie.
“Twinnie!”,
aku memanggil seseorang yang berjalan menyusuri gerbang Lotte. Ya, kami bertemu
di Lotte Department Store depan sekolahku. (Di kehidupan asli, depan SMA Hang
Tuah 2 Sidoarjo memang ada Lotte, Giant, Maspion, dll. Papan reklame Lotte
terpampang tampak di atas atap sekolah saat kalian masuk ke sekolah itu. Oops!
Kok’ jadi promosi. Ok, skip! Mian!).
“Hyun
Na!”, ia langsung berlari menghampiriku begitu tahu keberadaanku.
“Hyun
Jie!”, kuturuti langkahnya menghampiriku. Kami seakan tak berjumpa untuk waktu
yang sangat lama sekali. Nama kami hampir sama ‘kan? Itulah sehingga tak ada
alasan lagi bagi kami menjadi twinnie. Dan kami berpelukan. ‘Ucapkan halo ao!’.
“Kau
sudah menunggu lama disini?”, tanyanya sambil kami berjalan menuju food court,
tempat kami biasa nongkrong.
“Ne.
Tepatnya disini. Dan itu waktu yang sangat lama untuk kita.”, sambil
kutunjukkan bagian dada kiri dengan telunjukku.
“Mwo?
Lebay kau! Lalu ada apa?”, langsung ke topik pembicaraan.
“Anda
penasaran? Sama saya juga.”, sambil cengar-cengir.
Kubuka
hasil unduhan kemarin. Dan kami bersiap dengan sangat antusias. SMTOWN, kami
datang! Woohoo!
She's
my black pearl
(Ada yang aneh)
She's my black pearl
(Muncul sesuatu yang berwarna merah gelap dari ponselku
dan melayang di hadapan kami. Sesuatu tadi melekat dan semakin pekat hingga
membatu.)
Jidoneun pillyo eobseo nae mami neol garikyeo
Gal giri heomnanhaedo ijjeumeseo geureoken motanda
Han sido tteoreojyeo ijeobon jeogi eomneunde
Jeo meolli supyeongseon kkeute neoui moseubeul bol su itdamyeon
Gal giri heomnanhaedo ijjeumeseo geureoken motanda
Han sido tteoreojyeo ijeobon jeogi eomneunde
Jeo meolli supyeongseon kkeute neoui moseubeul bol su itdamyeon
(“Cantik!”,
bisik Hyun Jie.
Aku membalas,
“Sangat!”.
Kami terhenyak
dengan lagu yang tak kami kenal. Kami terlalu terpesona dengan batu yang
melayang di hadapan kami.)
Nan docheul ollyeo kkeutkkaji barame nal sitgo oh
Geochireojin sumyeonui yodongeul jaewo
Geochireojin sumyeonui yodongeul jaewo
Eodum soge pin kkot, bada wie tteun dal
Bimil gateun geu got, my beautiful black pearl
Eodum soge pin kkot, bada wie tteun dal
Bimil gateun geu got, my beautiful black pearl
Sungan heart attack i siganui kkeut
Nal apdohaneun sesang gajang hwangholhan neukkimui heart attack
I sumi meojeodo joheul mankeum neon gakkawo
(Lagu tersebut
berubah nada. Dan liriknya terasa menggebu. Kami masih terkesima dengan
semuanya. Dan hal aneh terjadi. Batu tersebut membagi menjadi dua bagian sama.
Batu merah menyerupai krystal tersebut masing-masing mengarah pada kami. Satu
untukku dan satu untuk Hyun Jie. Dan secara bersamaan batu tersebut terserap ke
tubuh kami. Seketika jantung kami berdetak begitu cepat. Kami tak tahu apa yang
akan terjadi. Rasanya semakin menyiksa. Kami ingin berteriak meminta tolong
tapi pita suara kami tak bisa mengeluarkan sepatah suara apapun. Kami berjuang
sekuat tenaga. Tangan kami saling menggenggam satu sama lain.)
Heart attack gidarimui kkeut
Teojil geot gatdeon nae simjangeul joyonghi umkyeojwin goyoham
I sumi meojeodo joheul mankeum pyeonghwarowo jigeum
Teojil geot gatdeon nae simjangeul joyonghi umkyeojwin goyoham
I sumi meojeodo joheul mankeum pyeonghwarowo jigeum
(Rasanya ingin
pingsan. Kami berharap ada yang menolong kami. Tapi kami lihat tak ada
seorangpun disana. Kemana semua orang saat dibutuhkan? Apa yang harus kami
lakukan? Sampai kapan akan terus begini? Rasanya tak kuat lagi menahannya.
Sakit! Sakit sekali!)
Sinsa sungnyeo yeoreobun
(Begitu ganti
lirik dan nada. Serasa ada yang menarik jiwa kami. Dan secara bersamaan kami
tersadar kembali. Rasa sakit di dada ini sudah hilang. Tapi kami masih terlalu
lemas. Kami terduduk sambil mendengarkan lagu tersebut. Tak terpikir oleh kami
untuk mematikan musik tersebut. Rasanya terlalu lemas untuk mengangkat raga
ini.)
Tiket deulgo wannayo yeogiro yeogiro jureul seobwayo
Geokjeong marayo yeogi pyeonhi anjayo jakku sigyen wae bwayo kkeutkkaji bwayo ja!
Geokjeong marayo yeogi pyeonhi anjayo jakku sigyen wae bwayo kkeutkkaji bwayo ja!
Jigeumbuteo lose control noraega deullimyeon chumchwo
Pokbalhal geot gateun neoui eneoji naneun meomchul suga eobseo
Oraetdongan sumgyeowasseotdeon soge inneun yasureul pulgo
Cheonbangjichuk ai gateun nan jeoldae gildeuril su eobseo
Mudae wiro jomyeongi nareul bichumyeon
Nareul boneun saram modu ppajyeo
Mudae wiro jomyeongi nareul bichumyeon
Nunbit hanakkaji nochijima
Sumgyeodul su eomneun bonneung you know i’m gonna let out the beast!
Neodo neukkijanha you know you wanna let out the beast!
Sijakhanda show time. Let out the beast!
Keuge sorichyeobwa let out the beast!
Ije moduda let out the beast! (x3)
Museowo malgo let out the beast!
Jasineul gatgo let out the beast!
Umjigyeo let out the beast! (x3)
Museowo malgo let out the beast!
Jasineul gatgo let out the beast!
Sorichyeo let out the beast! (x3)
(Apa maksud ini
semua? Mengapa kami tak mampu menghentikan musik ini? Musik tersebut seakan
menunutun kami untuk melakukan sesuatu sesuai perintah dari lirik tersebut.
Tapi untuk apa?)
Geochireojin sumyeonui yodongeul jaewo (x3)
She’s my black pearl oh- she is my black pearl
Nan haneure tteun taeyanggwa daseot gaeui daeyang oh
Challanhage bitnaneun geunyeoreul hyanghae
She’s my black pearl oh- she is my black pearl
Nan haneure tteun taeyanggwa daseot gaeui daeyang oh
Challanhage bitnaneun geunyeoreul hyanghae
(Datanglah
sebuah energi positif yang terbagi dua sama seperti saat batu tersebut membelah
lalu masuk ke dalam tubuh kami. Sesaat setelah itu, kami merasakan yakin dan
ada kekuatan lebih untuk kami. Seperti sugesti. Kami menjadi lebih baik
sekarang.)
Jiteun
angae soge nopeun pado wie heuritage bichin my beautiful black pearl
(Ho~ Oh~ my beautiful black pearl yeah)
Gipeun chimmuk soge seulpeun seonyul wie huimihage deullin my beautiful black pearl
(Ho~ hey she’s my beautiful beautiful black pearl)
(Ho~ Oh~ my beautiful black pearl yeah)
Gipeun chimmuk soge seulpeun seonyul wie huimihage deullin my beautiful black pearl
(Ho~ hey she’s my beautiful beautiful black pearl)
Selesai
mendengarkan, tiba-tiba ada yang aneh. Ponselku seketika keluar asap. Asap itu
semakin banyak. Tiba-tiba terdengar suara ledakan kecil dari ponselku. Boom!
Klek! Kepulan asap yang banyak sempat menghalangi pandangan kami berdua. Hingga
asap tersebut mengabur dan hilang. Dan...
“Uhuk.. uhuk..”, kami terbatuk.
“Ahh! Ponselku! Hey, jangan rusak!
Lalu aku pakai apa? Hey! Hey, hey, hey, hey! Omo! Eotteokke? Hyun Jie! Ah ah
ah!”, aku kalut seketika begitu tahu ponselku langsung rusak. Aku merengek di
hadapan Hyun Jie. Aku tak mempedulikan orang di sekitar kami yang melihatku
merengek. Kulihat twinnieku hanya bisa melongo. Omo!
“Hyaa! Eotteokke? Twinnie!
Ponselku!”, teriakku menyadarkan lamunannya.
“Hya! Nan molla. Bukan salahku,
ne?”, sambil cengar-cengir kebingungan.
“Sepertinya aku terkena karma.”,
celetukku.
“Mwo? Dan batu itu? Dan semuanya
tadi?”, ia dengan sigap langsung menginterogasiku.
“Aku mengunduh itu dari komputer
Tao, temanku. Eommanya menyuruhku menggunakan komputer itu. Padahal Tao
menyuruhku menggunakan laptopnya tapi itu ada di kamar. Jadi, aku menuruti
eommanya. Terlebih, komputernya telah kubobol. Kurasa juga Tao belum mengetahui
ini semua. Huhu..”, rengekku lagi pada twinnie.
“Hyun Na, kau tahu betapa
benar-benar sakitnya tadi? Aku heran mengapa saat kau memutar itu, tak ada yang
menolong kita. Bahkan tak seorang pun ada di sekitar sini tadi.”, ia beranjak
dari tempat duduknya dan memarahiku.
“Hupft! Sudah aku pulang saja.
Tiba-tiba aku merasa tidak enak badan. Jaga dirimu baik-baik! Aku duluan!”,
sambil berbicara ia memalingkan wajahnya dan tak melihatku.
“Hyun Jie! Mianhae!”, aku menyesal.
“Sudahlah!”, lalu ia pergi
meninggalkanku sendirian.
Aku hanya bisa melihatnya pergi. Ada
apa dengan ini semua? Mengapa aku begitu membahayakan twinnieku sendiri? Aku
berjalan menyeberangi jalan raya tak berdaya. Sesekali kudapati klakson mobil
yang menderu dan supir tersebut sambil memarahiku. Aku masih berjalan
sempoyongan sampai di halte bus. Aku menduduki bangku halte tersebut menunggu
bus yang akan mengantarku pulang. Aku terduduk lesu mendapati hal seperti tadi.
Pikiranku tak bisa fokus. Aku bahkan tak bisa fokus dengan bus yang datang.
Sudah dua bus meninggalkanku. Dan lagi aku masih tak berdaya untuk memanggil
dan mengejar bus tersebut.
“Hyun Na!”, aku mendongakkan
kepalaku dan melihat siapa yang memanggilku.
“Kai!”, tambahku membalasnya.
“Kau tidak pulang bersama Tao?”,
tanyanya.
“Ani. Aku menyuruhnya duluan karena
aku menemui temanku di Lotte.”, terangku berusaha untuk tidak tampak lesu.
“Neo gwaenchana?”, tanyanya yang
sepertinya usahaku menyembunyikan rasa lesuku ketahuan olehnya.
“Ne. Nan gwaenchana. Lalu mengapa
kau baru pulang?”, jawabku mengalihkan perhatiannya.
“Ah, baru saja aku mengerjakan tugas
bahasa Jerman.”
“Lalu mengapa kau tidak pulang?”,
tambahnya.
“Ne. Aku menunggu bus dan sudah dua
bus kulewati. Entahlah!”, jawabku memelas.
“Bagaimana jika kuantarkan?”, bagus
sekali ia menawarkan hal itu. Aku benar-benar tak tahu apa yang akan terjadi
bila aku ketinggalan bus lagi demi gengsi.
“Arasso!”, jawabku.
Sesampainya dirumah...
“Jadi, yang mana rumah Tao?”, sambil
menunujuk rumah tetangga yang ada di sebelahku dengan kedua telunjuknya
bergantian.
“Sebelah kanan.”, sambil ku arahkan
telunjukku menunjukkan rumah Tao.
“Oh...”, dia ber-oh ria mengerti.
“Kamu mau main ke rumahnya?”,
tanyaku.
“Entah kapan. Dimana kamarnya? Apa
di atas?”, sambil ia meneropong rumah Tao dengan celingukan memandanginya.
“Kamar? Iya, ada di atas. Mengapa
tanya kamar?”, tanyaku ingin tahu.
“Ani. Tidak apa-apa.”, jawabnya
singkat.
“Ya, sudah. Gomawo! Kau tidak
pulang? Atau mau main ke rumah Tao?”, tanyaku.
“Ani. Aku hanya ingin memastikanmu
sampai kau masuk ke dalam rumah. Lalu aku akan pulang.”, dengan diakhiri
senyum. Ramah sekali dia.
“Yah! Ne. Arasso! Aku duluan ne?”,
dan kulambaikan tanganku padanya serta kubalas senyumnya. Dan aku masuk ke
dalam rumah.
Kai POV
“Ani. Aku hanya
ingin memastikanmu sampai kau masuk ke dalam rumah. Lalu aku akan pulang.”,
kuberikan semyum meyakinkannya
“Yah! Ne. Arasso! Aku duluan ne?”,
dan dilambaikan tangannya padaku serta ia balas senyumku. Dan dia masuk ke
dalam rumah.
*****
“Jadi, ini rumahmu? Lihat saja! Kau tak akan bisa merebutnya dariku.”, evil
smile lagi terukir di bibir penuhku.
>>> To Be Continued <<<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar