Title :
The Spy Next Door
Title chapter : Resolution
Author : Kim
Hyun Na a.k.a Fidya Amelia
Main cast : Huang
Zi Tao, Kim Hyun Na, Kim Jongin, EXO Member, Kim Hyun Jie
Genre : Action,
Friendship, Romance, Fantasy
Length :
Chaptered
Disclaimer : famelia28.blogspot.com
Kai POV
“Ani. Aku hanya
ingin memastikanmu sampai kau masuk ke dalam rumah. Lalu aku akan pulang.”,
kuberikan semyum meyakinkannya
“Yah! Ne. Arasso! Aku duluan ne?”,
dan dilambaikan tangannya padaku serta ia balas senyumku. Dan dia masuk ke
dalam rumah.
*****
“Jadi, ini rumahmu? Lihat saja! Kau tak akan bisa merebutnya dariku.”, evil
smile lagi terukir di bibir penuhku.
Chapter 4
Cling!
Apa
aku tak salah kamar? Banyak sekali boneka disini. Hyun Na tidak sedang
membohongiku ‘kan? Ada panda. Ada serigala. Sepertinya benar. Ya, ini
benar-benar Tao. Kapan kau tumbuh dewasa jika kau masih menyimpan boneka? Ckck.
Sekarang,
dimana kau menyembunyikan file itu? Laptop, iPod, iPhone, dimana lagi? Ku
obrak-abrik kamarnya. Mencari di setiap detil barang-barang yang ia miliki.
Belum juga kutemukan. Dimana kau?
Ceklek!
Tiba-tiba
ada seseorang yang akan memasuki kamar itu. Aku terkejut tapi aku tak ingin
berteleportasi. Aku ingin tahu dimana ia menyembunyikan file tersebut. Kulihat
Tao membuka pintu. Dan aku masih bersembunyi di balik pintunya. Kurasa ia
menyadari kehadiranku.
Kuperhatikan
setiap gerak-geriknya. Ia mengendus dan mencium keberadaanku. Tepat sasaran. Ia
melihatku. Aku keluar dari persembunyian dan menampakkan wujudku tanpa ragu.
“Jongin!
Apa yang kau lakukan disini?”, tanyanya dengan sigap.
“File?”,
ia pura-pura bodoh atau bagaimana?
“Tak
perlu kau berpura-pura. Cepat berikan file itu padaku?”, pintaku paksa.
“Yah,
aku benar-benar tak tahu apa maksudmu.”, ia masih tak mau mengakuinya.
“Baiklah
jika kau tak ingin memberitahukannya padaku. Bagaimana jika kubuat kau
mengakuinya. Hyaa!”, kupukul perutnya sampai ia tersungkur di lantai.
“Jadi,
dimana kau sembunyikan file itu?”, bentakku lagi.
“Oh,
masih kuat rupanya. Kau ingin bangkit lagi? Belum puas dengan pukulanku? Kau
ingin lagi, huh?”, tambahku.
Ia
memberdirikan badannya dan memegang perut bekas pukulanku. “Mengapa kau lakukan
ini?”, tanyanya masih kesakitan.
“Sudah
kubilang, aku mau file itu!”
“Aku
bahkan tak tahu file apa yang kau maksud.”
“Kau
masih bersikeras tak mau memberikannya padaku. Ne, rasakan ini!”, kuserang dia.
Dan dia ternyata masih tanggap. Ia tangkas pukulanku. Dan, “Ah!”.
“Aku
tak ingin melakukan ini padamu. Tolong hentikan!”, katanya sambil memeluntir
tanganku ke balik tubuhku.
“Tidak
sebelum kau berikan file itu.”, kulepas pegangannya yang mulai merenggang
dengan cepat dan kubalas dia. Kuberi dia tendangan bebasku yang mengarah
padanya dan tepat pada titik tengah tubuhnya hingga ia tersungkur dan menjebol
pintu kamar luar menuju balkon atap rumahnya.
Bruaakkk!
Hyun Na POV
“Hyun
Na, ambil jemuran yang sudah kering!”, teriak eomma terdengar dari kamarku yang
membuatku langsung terbangun akan lamunanku tentang apa yang terjadi barusan
bersama twinnie.
“Ne,
eomma.”, balasku lemas dan aku langsung beranjak dari kasurku menuju loteng.
Bruaakkk!
“Tao!”,
kulihat diseberang rumah, Tao tersungkur menembus pintunya.
“Hyun
Na!”, ia melihatku. Ia baru saja menembus pintu itu dan ia masih bisa membalas
panggilanku. Aku hanya bisa melongo.
Ia
berlari menyeberangi atap dan langsung membekapku. Ia menyiaratkan padaku untuk
diam. Ia menyeretku kembali ke dalam rumahku. Kami bersembunyi di balik ruangan
jemuran rumahku. Aku hanya bisa menurutinya karena bekapannya terlalu kuat
untuk kulepaskan hingga membuatku menahan napas karena bekapan tangannya yang
besar menutupi lubang hidungku. Aku memegangi bekapan tangannya dengan tujuan
untuk melepas tangannya. Ia tak memperhatikanku. Matanya terfokus pada
seseorang yang membuatnya tersungkur seperti itu.
Terdengar
suara degap langkah kaki yang mengikuti dan menemukan kami. Masih dalam
bekapannya. Jantungku serasa berpacu untuk berdetak lebih kencang. Tapi hal ini
rasanya berbeda. Tak sesakit saat di Lotte. Rasa apa ini? Suara degap langkah
kaki itu rupanya membuyarkan detak jantungku yang membara dalam bekapan Tao. Dan
orang itu adalah orang yang kami kenal. Tao melepas bekapannya. Orang yang
mengikuti Tao sampai rumahku melihat keberadaanku disamping Tao. Aku terkejut
dengan orang tersebut.
“Kai!”,
panggilku memastikan bahwa ia benar Kai-Kim Jongin teman sekelasku.
“Hyun
Na.”, balasnya sinis meyakinkanku bahwa itu benar Kai teman kami.
“Ada
apa ini?”, tanyaku ingin tahu mengapa mereka berdua bisa ada di atap rumah
kami.
“Tidak
ada apa-apa. Hanya masalah lelaki.”, jawab Tao menyelat.
“Heh,
kau menyukai gadis ini? Itu sebabnya kau tak pernah fokus pada misi yang harus
diselesaikan.”, eits, apa yang kau lakukan? Sempat Kai akan mencolek daguku dan
dengan sigap Tao menjauhkan tangan Kai hingga tak sempat menyentuhku.
“Itu
bukan urusanmu.”, jawab Tao tegas.
“Wah,
anak panda sudah besar! Dia sudah tumbuh dewasa sekarang. Dan mengenal cinta.”,
Kai menghadapkan wajahnya padaku dan membuatku memundurkan wajahku ke belakang.
Ada apa ini sebenarnya?
“Jangan
ganggu dia! Dia bukan sandinganmu. Urusanmu adalah denganku.”, Tao tampak
berbeda. Wow!
Setelah
perkataan yang membuatku terkesima dengan Tao. Tao melemparkan pukulannya tepat
di wajah Kai. Kai tak mau kalah. Ia membalas pukulan Tao. Mereka berdua babak
belur.
Tuk!
Aku
tak dapat menggerakkan tubuhku. Sebelumnya kulihat Tao menjentikkan jarinya di
udara dan tiba-tiba aku langsung mematung. Mataku masih dapat melihat mereka
berkelahi di atas atap. Dimana semua orang? Tolong hentikan mereka! Siapapun
itu. Badanku masih kaku. Aku membeku seketika. Ada apa denganku? Mengapa bisa
begini? Lalu siapa yang akan melerai mereka? Aku hanya bisa menonton dan
mendengarkan pergulatan seru mereka di atap rumahku dan Tao. Aku berusaha
melepas ikatan pada tubuhku yang membelit terlalu kuat untuk kulepaskan. Ingin
kulerai mereka. Aku tak kuasa melihat mereka mulai kehabisan energi. Hey,
mereka teman sekolahku! Jangan sampai mereka lecet sedikitpun karena babak
belur. Bagaimana besok di sekolah bila mereka seperti ini?
“Hah
ha ha ah... dimana kemampuan bela diri yang kau unggulkan itu?”, pancing Kai
pada Tao dengan napasnya terengah-engah.
“Kau
akan menyesal bila kugunakan bela diriku padamu. Kau masih bersekolah di
sekolah yang sama denganku. Dan aku tak mau melayangkan semua jurusku
kepadamu.”, ungkap Tao menegaskan.
“Tidak.
Kau tak perlu malu menunjukkannya padaku. Aku bisa cepat mempelajari semua
gerakanmu. Dan kau itu...”, Kai memutar jempolnya ke arah bawah. Dan mereka
terus berkelahi. Apa sih yang mereka ributkan? Hanya indra penglihatan dan
pendengaranku sajalah yang bekerja saat itu. Dimana pita suara saat dibutuhkan?
“Aku
benar-benar tak mengerti padamu.”, ucap Tao.
Dari
langit, ada burung yang sedang terbang ke arah kami. Semakin mendekat semakin
besar. Burung apa itu? Ah? Bukan burung. Hewan tersebut menunggang seseorang di
atas punggungnya. Lalu hewan tersebut sampai di atap dan kibasan sayapnya yang
besar menerbangkan pasir dan kerikil kecil yang menempel di atap rumah dan
membuat mataku kelilipan. Aku berusaha mengedip-kedipkan mataku untuk
mengeluarkan debu yang mengganjal di bola mataku.
Hewan
itu seperti dalam dongeng. Hewan tersebut dapat menyemburkan api. Hewan itu
adalah naga. Naga yang melayang di atap rumah kami tak mendaratkan tubuh
besarnya di atap. Sepertinya ia tahu bahwa atap kami tak dapat menopang tubuh
besarnya. Lalu dari balik punggungnya terlihat seseorang mengeluarkan sayapnya
dari balik punggungnya dan terbang mendekati Tao dan Kai. Ia menjejakkan
kakinya di atap dan sayap tersebut masuk lagi bersembunyi di balik punggungnya
dan tak tampak sayap itu menempel lagi di punggungnya.
Langkah
pertama jejakkannya menghentikan perkelahian antara Tao dan Kai. Mereka berdua
terkejut. Begitupun denganku yang hanya bisa menyaksikan dari atap rumahku. Kai
yang terlihat tampak terkejut ketakutan akan sosok manusia bersayap tersebut. Malaikat
kah ia? Naga itu terbang entah kemana meninggalkan majikannya.
“Urusan
kita belum selesai. Aku akan kembali lagi. Tunggu pembalasanku!”, ancam Kai
pada mereka berdua.
Cling!
Zlapp!
Kai
menghilang begitu saja. Kemana dia?
Tuk!
Aku
dapat menggerakkan dan memfungsikan tubuhku lagi sekarang. Aku langsung
menghampiri Tao tanpa takut pada manusia bersayap yang melihatku menghampiri
Tao. Lagipula manusia bersayap tersebut tidak menunjukkan kegarangannya padaku.
Aku langsung mewawancarai Tao. Menanyakan banyak hal.
“Tao,
ada apa tadi?”, tanyaku ingin tahu.
“Oh,
jadi ini. Karena ini alasanmu semangat bersekolah. Hehem...”, manusia bersayap
itu menginterogasiku. Ia tertawa kecil pada kami.
“Mwo?
Ani.”, jawab Tao mengelak.
“Gwaenchanayo?”,
tanyaku pada Tao tak tega melihat semua luka yang didapatinya.
“Ne.
Nan gwaenchana.”, jawabnya. Dan kulihat manusia yang melihat kami masih tertawa
geli melihat kami. Ada apa? Apanya yang lucu?
“Ngomong-ngomong,
kau siapa?”, tanyaku memberanikan diriku untuk mengetahui siapa namja yang
sedari tadi menertawai kami.
“Ah,
ne. Perkenalkan ini Kris. Kris, ini Hyun Na.”, Tao memperkenalkan kami. Dan
kami saling menyapa.
“Tao,
sebenarnya ada apa ini? Dan kau, kau terbang dan menunggangi naga. Juga Kai,
dia hilang kemana? Lalu mengapa aku bisa mematung tadi?” tanyaku ingin lebih
rinci.
Kris
mengarahkan kepalanya ke dalam kamar Tao. Menyuruh Tao untuk masuk ke kamar.
Kris melihat sekitar. Dan mengisyaratkan lagi pada Tao untuk segera ke kamar.
“Masuklah,
dulu! Nanti kujelaskan.”, perintah Tao padaku dan aku menurutinya.
“Darimana
aku harus memulainya? Ini hal yang rumit. Dan kau, tolong jangan katakan pada
siapapun! Chebal!”, aku mendengarkannya dengan seksama menunggu penjelasan
darinya tiba-tiba setelah ia bercakap seperti itu, ia mengeluarkan jurus
buing-buingnya padaku. Mwo? Kau habis bertengkar hebat dan itu jantan sekali.
Sekarang mengapa kau kembali seperti itu?
“Ne.
Aku janji.”, aku meyakinkannya dengan mengangkat jari kelingkingku ke udara.
“Kami
adalah mata-mata.”, tanpa basa-basi, Kris melontarkan jawaban tersebut yang
sontak membuatku terkejut. Mataku membelalak tak percaya. Aku sedang tidak
bermimpi ‘kan?
“Hyung!”,
Tao tampak bingung.
“Kami
dari EXO agency.”, memang ada?
“Kai
juga agent EXO. Tapi mendadak dia berkhianat.”, aku berusaha menelan air liurku
agar tak tumpah karena mulutku yang menganga semakin melebar tak percaya.
“Sudah,
hyung! Jangan lagi!”, Tao menghentikan hyungnya yang terus menjelaskan padaku.
Aku harus sadar bahwa aku bukan siapa-siapa walau aku penasaran ingin tahu
kelanjutannya.
“Dan
tadi kulihat.. ehm...”, aku sambil mengisyaratkan tanganku menunjukkan arah
punggungku padanya.
“Oh,
kami juga memiliki kekuatan super. Semua agent EXO memilikinya. Aku bisa
terbang. Tao dapat mengontrol waktu. Kai bisa menghilang karena ia dapat
berteleportasi.”
“Mengontrol
waktu? Tunggu! Sepertinya aku tak asing. Jadi, selama ini kau? Kau yang
menghentikan waktu? Kau membuatku ketinggalan bus. Kau membuatku mematung. Dan
semua anak beku terkesima dengan kedatanganmu dan setiap kau menunjukkan
keahlianmu di hadapan kami semua. Sombong sekali dirimu!”, ingatku membongkar
semuanya.
“Hehe.”,
jawaban apa itu?
Setelah
itu, kami terdiam. Tao membersihkan lukanya sendiri. Ia tak ingin melibatkanku
mengobati lukanya. Aku hanya dapat meringis melihatnya mengobati lukanya. Kris
berkeliling mengamati setiap barang yang dimiliki Tao di kamarnya. Banyak
sekali boneka di kamarnya. Seperti cewek saja. Memang bonekanya masih terbilang
wajar. Ada banyak boneka panda mulai ukuran kecil sampai seukuran tubuh manusia
dewasa yang kutahu itu sebagai identitasnya. Dan ada satu boneka serigala. Dan
karena satu-satunya itu membuat Kris menaruh perhatian pada boneka serigala
tersebut.
“Wow!
Benar-benar kau jaga dengan baik, baby.”, ia terkagum-kagum pada boneka
tersebut.
“Baby?”,
aku menanyakan kembali maksudnya.
“Haha.”,
sekarang kulihat Tao tertawa.
“Ne.
Baby adalah nama serigala ini.”, jelas Kris.
“Mwo?”,
tanyaku ingin dijelaskan lagi.
“Aku
juga punya seperti ini. Namanya Eurung. Kami menemukannya ehm... tepatnya membelinya
bersama di kampung Cina.”, jelasnya lagi.
“Bagaimana
kabar Eurung mu? Apa kau masih menendangnya tiap sampai di dorm?”, tanya Tao
pada Kris.
“Hehe.
Kau benar-benar.”, Kris cengengesan.
“Lalu,
Baby yeojachingu itu siapa?”, celetukku.
“Yeojachingu?
Kau sudah punya pacar? Mengapa tidak bilang-bilang? Lalu dia ini siapa?
Simpananmu?”, celetuk Kris.
“Mwo?”,
aku dan Tao bersamaan menanggapi.
“Wush!
Kalian bisa kompak begitu.”, tanggap Kris.
“Andwae!”,
jawab kami lagi bersamaan.
“Wo
hohoho.”, Kris menggelengkan kepalanya.
Kuputuskan
untuk diam menunggu penjelasan dari Tao.
“Aku
belum punya pacar, hyung. Dan untukmu Hyun Na, baby yang kau maksud itu bukan
pacarku tapi anjing ini. Maksudnya boneka serigala ini.”, ia menjelaskan dengan
kepalanya agak tertunduk seperti malu.
“Jadi,
kau berbohong padaku?”, tanyaku.
“Tidak.
Aku tidak pernah membohongimu. Kalau tidak percaya, aku bisa memutar ulang
setiap perkataanku padamu.”, jawabnya.
“Bagaimana
kau dapat menghapal semuanya? Setiap kata.”, tanyaku balik.
“Bukan
kuhapal. Bukankah aku dapat mengontrol waktu? Aku dapat kembali ke masa lalu
dan melihat masa depan. Tapi itu akan menghabiskan energiku. Jadi, kekuatan
lebih baik digunakan bila memang perlu. Terlebih lagi ada undang-undangnya juga
dalam menggunakan kekuatan. Makanya harus hati-hati agar tak terlewat batas.
Melintasi waktu itu sangatlah berbahaya bila benar-benar tak dibutuhkan.”,
jelasnya panjang lebar.
“Hyun
Na, jemurannya sudah selesai?”, terdengar suara eomma memanggil sampai di kamar
Tao. Jadi selama ini eomma berteriak sekeras itu hingga terdengar di kamar Tao?
Eomma, kau membuatku malu!
“Kurasa
kau harus pulang. Eomma mu sudah memanggil. Sampai bertemu besok di sekolah!”,
dengan nada seperti ingin memngusirku.
“Ne.
Aku harus pulang. Kau sudah tidak apa-apa ‘kan?”, tanyaku khawatir sebelum
pulang saat sekilas melihat luka memar yang didapat oleh Tao.
Ia
hanya membalas dengan anggukan dan, “Ehem!”. Kris yang melihat kami langsung
berdehem dan membuatku langsung menoleh padanya dan ingat bahwa ada makhluk
lain di ruangan ini. Akhirnya kusapa ia untuk berpamitan. Ia seperti alien yang
datang dari luar angkasa. Persis seperti postur dan raut wajahnya yang dingin
seperti makhluk asing.
*****
Tao POV
Setelah
Hyun Na kembali ke rumahnya dengan melintasi atap...
“Hyung,
ada apa sebenarnya ini?”, tanyaku menggebu ingin tahu.
“Kai
meminta file yang telah kau unduh.”, jawabnya singkat.
“File
apa? Aku bahkan belum membuka komputerku sama sekali.”, jelasku.
“Aku
juga tidak tahu. Apa mungkin dia salah alamat?”, celetuknya datar.
“Mwo?
Hyung, kau tidak apa-apa ‘kan?”, tanyaku.
“Ne.
Nan gwaenchana.”, jawabnya tak terima yang membuatku berpikir sepertinya ada
yang disembunyikan dariku.
“Sebenarnya,
sebelumnya ia menyerang markas. Bukan menyerang sih lebih tepatnya
mengobrak-abrik dorm kita.”, akhirnya terlontar jawaban yang kutunggu,
“Sudah.
Jangan kau jadikan ini beban. Biar hyungdeul-mu yang mengurus semua ini.
Kupastikan ia tak kembali kepadamu. Kau harus melanjutkan sekolahmu ‘kan?”,
terangnya menyudahi percakapan.
Sebenarnya
ada apa? Memangnya ada apa dengan file itu? Sepertinya sangat berharga bagi
Kai. Dan mengapa aku baru tahu jika Kai adalah anggota kami? Pantas saja aku
seperti mengenalnya sebelum insiden barusan. Apa yang harus kulakukan sekarang?
Apa mungkin besok di sekolah ia akan membalaskan dendam seperti yang ia
ancamkan tadi? Apa rencananya setelah ini? Aku berpikir terlalu keras dan lagi
aku telah lelah setelah bertarung dengan Kai hingga membuatku tertidur pulas.
Dan Kris hyung telah kembali ke dorm dengan dijemput oleh naganya.
Keesokannya...
Aku
masih berangkat bersama Hyun Na. Hari ini sengaja aku mengulur waktu agar kami
sampai di sekolah tepat saat bel masuk berbunyi. Kupikir itu hal bagus untuk
mengantisipasi hal-hal yang seharusnya tak perlu terjadi. Dan benar. Saat bel
masuk berdering, kami baru sampai. Aku bahkan tak mempedulikan Hyun Na yang
terburu-buru masuk kelas. Aku justru berjalan dengan santainya. Aku merasakan
suatu hal yang akan terjadi. Seongsaengnim sudah berada di kelas rupanya. Dari
pintu kelas, Kai menyambutku dengan tatapan mematikan. Aku berusaha membaca
pikirannya. Apa yang akan dilakukannya?
Tak
terasa bel sudah berdering lagi tanda waktu istirahat. Aku berniat untuk
tidak meninggalkan bangkuku. Fokusku sekarang hanya tertuju pada sosok agen
yang tiba-tiba berubah. Aku masih memikirkan apa yang diincarnya. Dan terlebih
untuk apa ia lakukan itu semua. Dari semua data, ia bahkan tak memiliki status
kejahatan apapun. Lalu mengapa sekarang begini? Dan Chen, mengapa tak ada data
yang menerangkan bahwa ia pernah dijebloskan di penjara trainee? Aku ingat
dengan jelas bahwa Chen pernah mencuri sebuah formula dari SMTOWN. Tapi apa
untungnya untuknya? Kurasa ada yang mempengaruhi kedua agen ini sampai akhirnya
mereka menjadi seperti ini. Tapi siapa yang melakukannya?
Hyun
Na yang awalnya masih duduk tenang di sebelahku, kini sudah digandeng oleh Kai.
Aku belum mempedulikan Hyun Na hingga akhirnya kulihat Kai menorehkan kepalanya
padaku dengan tatapan yang membuatku sontak terkejut dan langsung aku beranjak
dari kursiku lalu berlari mengejarnya. Belum sampai aku mengejar Kai, ada yang
menghalangiku. Aku berusaha untuk lari lagi tapi ada seseorang yang membuatku
tak ingin berlari.
“Tao!”,
sapa Baekhyun menghalangiku.
“Mwo?”,
aku membalasnya kesal.
“Kami
semua sudah tahu. Tentang Kai dan Chen. Mereka sedang dirasuki beast.”, jelas
Suho.
“Mwo?
Bagaiman kalian bisa mengatakan hal seperti itu? Dan mengapa kalian mengenal
Chen?”, tanyaku heran.
“Kau
ini bagaimana. Jangan mentang-mentang kau salah satu maknae dan bersifat
pendiam lalu kau tak tahu siapa saja anggotamu.”, terang D.O. dengan matanya
membelalak.
“Ne.
Aku saja tahu, Tao.”, sekarang giliran Sehun yang berbicara.
“Aku
sudah membaca pikiran Kai. Dan yang kulihat dari Kai adalah kau sudah mengunduh
file tersebut makanya ia mengejarmu.”, Luhan pun tak ingin ketinggalan unjuk
keahliannya.
“Mwoya?
Mengapa semua orang mengira aku benar-benar mengunduhnya. Bahkan file XOXO pun
aku tak tahu itu apa.”, kesalku pada semua lelaki yang berdiri menghalangiku
mengejar Kai.
“Kau
tahu, file tersebut seharusnya untuk kita berduabelas dalam proyek SMTown
Concert. File tersebut adalah formula untuk kekuatan kita. Jika jatuh di tangan
yang salah, kekuatan kita bisa hilang dan kita akan kehilangan semua orang yang
kita cintai.”, Baekhyun menjelaskan.
“Mwo?
Hyun Na!”, aku terkejut mendengar semua penjelasan Baekhyun dan satu yang kuingat
dalam benakku saat ini. Bagaimana kabar Hyun Na?
“Nugu?”,
tanya D.O.
“Jika
kalian peduli seharusnya kalian tak menghalangiku tadi. Aku tadi sedang
mengejar Kai yang menggandeng Hyun Na. Sekarang dimana mereka? Luhan, kau ini
bodoh atau apa? Kau bisa baca pikiran orang tapi mengapa menghalangiku mengejar
Kai.”, omelku pada kelima pria tersebut.
“Hehe...
aku baru saja menangkap pikiranmu karena aku terlalu fokus pada Kai.”, jawabnya
meringis.
Kukejar
lagi untuk mencari Kai dan Hyun Na. Baru beberapa meter, mereka sudah kembali.
Mereka tampak ceria. Seperti tak ada yang dapat dikhawatirkan dari mereka
berdua. Bahkan mereka tertawa ria. Aku masih berdiri melihat mereka melaluiku.
Dan Kai tersenyum evil kepadaku. Ingin kukejar lagi tapi sepertinya lebih baik
untuk menunggu saat yang tepat. Aku memutuskan untuk pergi ke toilet karena ada
panggilan alam.
Seusainya...
“Tao,
cepat berikan file itu! Atau kau akan tahu akibatnya pada kekasihmu ini!”,
teriak seseorang dengan sangat lantangnya dari lapangan sekolah hingga
terdengar sampai lantai tiga sekolah tersebut.
Begitu mendengar hal tersebut, mencari sumber suara adalah hal yang tepat.
Bukan Kai yang berteriak. Tapi kulihat Kai membekap Hyun Na di lapangan
sekolah. Kai tak sendirian. Ia ditemani oleh Chen. Berarti yang berteriak
tersebut adalah Chen. Dengan sigap, aku langsung melesat menuruni anak tangga
dengan freestyle untuk mempercepat waktu. Dari kejadian ini, tak satupun
makhluk di sekolah yang tak melihat kami. Semua orang melihat kami.
Begitu sampai di halaman sekolah, Chen mengulurkan tangannya ke atas
langit. Dan dari jari telunjuknya keluar percikan api yang memancar ke udara
dan membuat suara menggelegar. Persis dengan lengkingan suaranya yang mampu
menembus awan. Kilatan-kilatan. Sambaran-sambaran terkilat di udara. Dan setiap
kilatan memancarkan gelombang suara menggelegar yang membuat cuaca seketika
mendung. Hawa disekitar kami semakin dingin mencekam. Tampak lampu cahaya matahari
terasa redup tertutup awan.
Jeduarr!
#NP : Muse-Supermassive Blackhole
>>> To Be Continued <<<
ehm... maaf untuk chapter 5 mohon menunggu. cari inspirasi jg ni author. hahha. huwaa hari ini terakhir audisi sm global di jakarta. aq kenapa masih di sidoarjo aja. kai jemput aq! jangan ngambek gara-gara aq jadiin antagonis d ni ff trus u g mau jemput aq. huhu TT_TT. tao! pause the time then pick me up!
BalasHapusluhan : hey come here! come...come here!
baekkie : fidya, calm down ggapsong! woongya woongya!
sehun : yehet
kris : chicken is not my style!
penasaran gak nih ma lanjutannya? sama aq juga penasaran. pengen lah kelar lah buat yg baru lagi
BalasHapus