Tittle : LOVE, THAT ONLY WORD
Chapter : 1 “ Back at Time”
Length :
Chapter (PROLOG)
Author : Jjangijong
Cast :
Wu Yifan, Oh Se Hoon (Wu Sehun), Jeon Jungie (OC), Jeon Jungkook
Other Cast : Kim Hyun Jie, Kim Jong In, dll.
Rated :
T
Genre :
Family, Romance, Brothership, Angst.
Disclaimer : cerita ini milik saya dengan segala ide gila yang melintas
serta imajinasi yang liar. Para cast disini itu bukan punya saya kecuali Sehun
sama Jungkook haha, becanda. Mereka milik kita bersama.
Warning :
OOC itu pasti, Typo itu ciri khas, Gaje itu permanen, cerita ini bikin mual,
kalo gasuka ya mending gausah baca.
NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN
NORMAL
POV
Kedua
orang yang baru saja keluar dari Incheon International Airport South Korea itu
menghela nafas berat. Sama-sama berharap untuk bisa segera sampai ke tempat
tujuan. Yang paling kecil menggelengkan kepalanya cepat. Jetlag pikirnya. Sedangkan pria dewasa disebelahnya berkutat dengan
Android nya.
“hey pak tua, apa masih lama ?” si
pria paling muda bertanya.
“sebentar lagi bibi Kim datang”
jawab pria disebelahnya tanpa menoleh.
“aku merindukan Jongin hyung”
pemuda itu berucap lagi.
“modus” jawab pria dewasa -ayahnya-
itu seraya tersenyum mengejek.
“diamlah pak tua, anakmu ini
terkena Jetlag ! bisakah kau menyuruh
bibi Kim untuk segera kemari ?” ucap anak itu sedikit kesal.
“baiklah Tuan Muda ...” jawab ayahnya sedikit menggoda. Beberapa saat
kemudian, sebuah mobil sedan menghampiri sepasang ayah dan anak tersebut.
“kau lama sekali teman, Tuan Muda
ku ini sangat cerewet” ucap pria itu pada pengemudi mobil yang baru saja keluar
dari kursi kemudinya. Sedangkan pemuda disebelahnya hanya mendengus kesal. Begitulah
ayah –pikirnya.
“maafkan aku Kriss, kau tau kan
Suho melarangku mengemudikan mobil sendirian sejak kejadian tempo dulu ?” jawab
sang pengemudi mobil.
“tentu saja Hyun Jie, dia pasti
khawatir sekali” jawab pria dewasa –Kris.
“tak ada pelukan untuk bibimu hm ?
Wu Sehun ?” tanya wanita cantik tersebut. Pemuda bernama Sehun itu tersenyum
kecut dan menghampiri yeoja yang sudah dianggap sebagai ibunya itu.
“bibi aku merindukanmu” kata Sehun
seraya memeluk erat Kim Hyun Jie.
“bibi juga merindukanmu. Kajja,
kita segera pulang” ajak Hyun Jie yang diikuti kedua pria tersebut masuk
kedalam mobil.
Wu
Yi Fan atau sebut saja Kris, adalah seorang Single
Parent berumur 37 tahun yang memiliki seorang anak laki-laki berusia 16
tahun bernama Wu Sehun. Ibu Sehun –Wu Jie Er, sudah meninggal satu jam setelah
melahirkan Sehun. Saat itu usia Kriss masih 21 tahun dan harus berjuang sendiri
membesarkan Sehun tanpa seorang istri. Dan Kim Hyun Jie, sahabatnya sedari SMP
itu dengan sangat baik mau membantu membesarkan Sehun dengan memberikan ASI
karna saat Sehun lahir, Hyun Jie juga memiliki seorang anak yang saat itu masih
berusia 9 bulan.
Hubungan
ayah dan anak ini bisa disebut unik. Mereka tidak terlihat seperti seorang ayah
dan anak melainkan sahabat. Dari bagaimana Sehun memanggil ayahnya, dan Kris
yang memperlakukan Sehun secara berlebihan. Kris seorang anak pemilik
perusahaan IT terkenal di Cina yang saat itu bersekolah di Korea Selatan sejak
SMP. Pekerjaan Kris yang sekarang adalah sebagai seorang Direktur dari suatu
perusahaan yang bergerak dibidang Media Massa. Berkat kerja keras nya lah ia
bisa menjadi sukses seperti sekarang.
“Sehun, tidurlah dikamar Jongin.
Dia sedang ada extra menari di sekolahnya dan mungkin pulang malam” kata Hyun
Jie yang hanya dibalas anggukan Sehun yang langsung berlari kelantai dua menuju
kamar Jongin.
“kemana Suho ?” tanya Kris.
“dia sedang dinas luar kota sampai
besok lusa. Kau beristirahatlah dikamar tamu” jawab Hyun Jie.
“aku tidak lelah Hyun Jie” jawab
Kris parau.
“mau kubuatkan sesuatu ?” tawar
Hyun Jie.
“tidak usah” jawab Kris.
“tunggulah disini, aku akan segera
kembali” balas Hyun Jie yang langsung pergi menuju dapur. Beberapa saat
kemudian,
“minumlah, aku tau kau sedang
memikirkan sesuatu” kata Hyun Jie.
“thanks, kau selalu tau
kebiasaanku” balas Kris seraya meminum Moccacino
nya.
“hey, aku tidak mengenalmu hanya
dalam waktu satu dua hari, Wu Yi Fan !” jawab Hyun Jie sedikit kesal. Kris
tertawa pelan.
“aku tau” jawab Kris.
“bagaimana pekerjaanmu ?” tanya Kris
megalihkan topik.
“tidak ada masalah Tuan Wu, semua
baik-baik saja” jawab Hyun Jie datar.
“kau selalu bisa diandalkan, Hyun
Jie”
“hey, kita ini sahabat !”
“aku pulang !!” teriak seorang anak
laki-laki yang masih menggunakan seragam SMP nya.
“selamat datang, Kim Jongin” sambut
Kris dari ruang tamu. Jongin membulatkan matanya tidak percaya.
“kalau Paman Kriss ada disini berarti
.....” Jongin bukannya merespon, dia malah berkutat dengan pikirannya.
“Sehun ada dikamarmu dan kemarilah,
bukankah ibu mengajarkanmu sopan santun ?” kata Hyun Jie datar namun pedas. Kris
hanya terkekeh. Sedangkan Jongin menggaruk belakang telinganya yang tidak
gatal.
“tidak berubah” pikirnya terhadap
sifat sahabatnya itu.
“annyeong paman Kris. Sejak kapan
paman sampai ?” tanya Jongin setelah membungkuk pada Kris.
“sekitar 10 menit yang lalu” jawab
Kris ramah.
“bukannya kau bilang akan pulang
malam ? kenapa sudah pulang ?” tanya Hyun Jie pada anaknya itu.
“ibu ini bagaimana sih ? anaknya
pulang cepat bukannya ibu senang malah bertanya seperti itu !” gerutu Jongin.
“justru ibu lebih senang kalau kau
tidak pulang, Kim Jongin !” balas Hyun Jie. Kris mengangkat sebelah alisnya.
Bingung dengan sikap kedua orang didepannya.
“kenapa gitu ?” sungut Jongin.
Ibunya memutar bola matanya malas.
“karena kalau kau dirumah, pasti
berisik dan ibu tidak bisa tidur. Apalagi ada Sehun dirumah, kau pasti akan
semakin bertingkah dan mengganggu pamanmu” jawab Hyun Jie dengan wajah
pokernya. Kris memperhatikan wajah sahabatnya itu. termenung. Anaknya, Sehun
juga memiliki sifat seperti itu : ceplas-ceplos, berwajah poker saat bicara
maupun diam, sangat mirip sahabatnya. Bahkan mediang istrinya tidak seperti
itu. apakah dirinya yang memiliki sifat itu atau karna Hyun Jie yang menyusui
Sehun selama 1 tahun itu membuat sifat buruk Hyun Jie menular pada anaknya ? oh
pikiran yang bodoh, Yifan.
“ibu jahat !” dan Jongin pun
ngambek dan segera berlari kekamarnya. Menemui Sehun dan mengganggu adik nya itu.
“apa ?” Hyun Jie bertanya ketus
pada Kris yang masih setia menatapnya.
“aku hanya heran, darimana Jongin
mendapatkan kulit Tan seperti itu ?
bahkan kulitmu tidak senada dengannya, Suho pun tidak”
“Oh My Gackt Wu Yi Fan ! apakah itu
penting ?” Hyun Jie mulai geram. Selalu masalah warna kulit Jongin, pikirnya
“tentu saja Hyun Jie. Siapapun
tidak akan ada yang percaya kalau Jongin itu anakmu dan Suho kecuali aku dan
Minseok”
“kau tau kan, Jongin sangat suka
dengan matahari. Dan kurasa kulitnya itu sexy, Yi Fan !”
“jangan katakan kau mencintai
Jongin ?”
“kau bodoh Kris, tentu saja aku
mencintainya. Karena dia anakku, bukankah kau juga seperti itu pada Sehun ?”
“kau tau, aku masih belum bisa
memiliki Sehun seutuhnya sebagai anakku”
“mau sampai kapan Kriss ? kurasa
hubunganmu dengan Sehun semakin jauh. Dia semakin tumbuh Kris, dan aku takut
dia terlalu dewasa untuk anak seumurannya ya meskipun aku tau kalau itu sifat
keturunan dari ayahnya tapi ... ayolah Kris, aku bosan kalau ada dua “Kris”
didunia ini. Cukup dirimu Kriss, jangan Sehun ...” Hyun Jie memohon membuat Kris
tertawa renyah.
“kurasa sifat Sehun yang
ceplas-ceplos itu darimu, Hyun Jie”
“setidaknya tidak tidak punya mulut
brengsek seperti ayahnya” bela Hyun Jie.
“hey, kau munafik sekali Hyun Jie.
Bukankah kita berdua itu sama ? ah tidak, kita bertiga itu sama ? kau, aku, dan
Minseok ?”
“itu dulu Kris, sebelum aku bertemu
Suho” jawab Hyun Jie melembut. Kris tersenyum. Sahabatnya telah banyak berubah.
Kim Hyun Jie bukan remaja yang nakal ataupun tukang bolos lagi, bukan yeoja
yang suka mengeluarkan kata-kata kasar meski sifatnya masih ceplas-ceplos,
bukan yeoja yang memuja musik deathmetal lagi, bukan yeoja yang senewen seperti
dirinya dulu. Bukan, Kim Hyun Jie telah menjadi seorang yeoja yang sangat baik.
Masa lalu biarlah masa lalu. Tidak ada gunanya mengulang masa lalu kalau dimasa
depan kita bisa lebih baik.
“aku ingat pertama kali kita berteman”
kata Kris. Menerawang masa lalunya.
“tentu saja, kau pria asing yang
saat itu tengah babak belur dan terkapar di dekat tempat pembuangan sampah
belakang sekolah kan” sahut Hyun Jie. Kris tertawa dan Hyun Jie tersenyum
kecut.
“dan aku terkejut bahwa kau yeoja
tukang onar yang jadi legenda sekolah” sambung Kris.
“dan kau ingat Minseok ? si cupu
yang ternyata penipu ? haha, covernya saja yang menipu, dalemannya busuk !
haha” Hyun Jie tertawa renyah mengingat salah satu sahabat mereka.
“dan kau ingat Hyun Na ? teman
kembar –nama- tapi tidak mirip denganmu itu ?” lanjut Kris.
“tentu saja, bagaimana bisa aku
melupakan sahabat ku itu hah ? dia menikah dengan Huang Zi Tao, si kung fu
Panda kebanggaan sekolah rival kita dulu”
“benarkah ?” Kris terkejut.
“ya, ceritanya panjang dan unik”
jawab Hyun Jie. Saat mereka sedang asik membicarakan masa lalu, terdengar
teriakan dari kamar Jongin.
“Gyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
!!!! berhenti mengangguku hyung !!!!!” teriak Sehun dari kamar Jongin. Kris
berdiri dari duduknya sedangkan Hyun Jie mengumpat kesal.
“sudah kubilang lebih baik anak itu
tidak usah pulang sekalian !” umpat Hyun Jie dan berlari kekamar lantai dua
milik anaknya diikuti Kriss dibelakangnya. Pria itu khawatir pada Sehun
mengingat Jongin anak sahabatnya itu jahilnya luar biasa. Keturunan ibunya.
“Jongin, apa yang kau lakukan ?” tanya
Hyun Jie datar saat membuka pintu kamar anaknya dan menemukan anaknya, Jongin
sedang memegang sebuah lipstick ditangannya dan wajah Sehun yang penuh coretan
lipstick.
“Pfftt-“ disaat anaknya di Bully
seperti itu, Kris malah hampir tertawa kalau saja ia tidak mendapatkan tatapan
menusuk dari anak semata wayangnya.
“tehehe-“ Jongin nyengir kuda
melihat ibu dan pamannya sedangkan Sehun menggembungkan pipinya tanda bahwa ia
marah. Bukankah dia sangat imut dengan caranya dia marah ?
“Jongin ...” Hyun Jie mencekik
leher anaknya –tidak serius – tentu saja. membuat Sehun melongo dan Kris panik
mengetahui Jongin berusaha bernafas dengan baik karena cekikan ibunya.
“Hyun Jie hentikan” lerai Kris.
Lucu juga keluarga sahabatnya ini.
“ibu ini kenapa sih ? akan kulaporkan
pada ayah !” ancam Jongin. Lagi, Hyun Jie memutar bola matanya malas.
“laporkan saja. kau bahkan sudah
tau ayahmu akan menjawab apa” jawab Hyun Jie enteng. Jongin mengdengus kesal.
“kau tak apa hyung ?” tanya Sehun
khawatir. Kris membantu Sehun membersihkan wajah dari coretan lipstick
mahakarya Kim Jongin..
“maafkan hyung Sehunnie, hyung
hanya merindukanmu. Hehe” jawab Jongin watados.
“tapi tidak harus menggangguku kan
hyung” jawab Sehun datar.
“Hyun Jie, sepertinya Jetlag Sehun sudah hilang. Kami berdua
harus pulang” pamit Kris.
“ini masih jam 5 sore Kris dan kau
baru disini tidak ada 1 jam dan sekarang kau mau pulang ? apa-apaan kau ? Sehun
pasti lelah !” omel Hyun Jie.
“tak apa, kami akan beristirahat
dirumah saja. lagipula tidak ada Suho dan kurang sopan jika aku menginap
dirumah istri orang”
“Kris ...” Hyun Jie menahan
emosinya. Kris selalu membawa nama suaminya.
“benar kata ibu, Paman. Menginaplah
saja”
“tidak mau, nanti hyung mengangguku
lagi”
“hyung janji tidak akan
melakukannya lagi”
“lagipula kalau tidak ada paman dan
Sehun bisa-bisa besok aku sudah tidak bernyawa karena berada dengan nenek sihir
ini”
“dia ibumu hyung !” bentak Sehun.
“dia nenek sihir Sehun !”
“sudah-sudah, Kris apa kau akan
tetap pulang ?” pusing juga Hyun Jie dengan sifat anaknya itu.
“iya, besok kita bicara lagi di
kantor sekalian kita kumpul dengan Minseok”
“kantor ? kau akan kerja besok ?”
“buat apa aku bersantai dirumah ?”
“lalu Sehun ?” tanya Hyun Jie.
“tenang saja bi, besok aku harus
kerumah paman Kang untuk mengambil beberapa barang milikku”
“baiklah, kuantarkan kau pulang”
“tidak perlu Hyun Jie, kami naik
taxi saja”
“tapi Kris-“
“ingatlah pesan Suho. Kau jangan
mengendarai mobil sendirian. Aku tidak ingin ada 1 nyawa orang yang paling
berharga dalam hidupku pergi lagi” ucap Kris sendu. Hyun Jie mengangguk
mengerti sedangkan kedua remaja disana hanya diam tidak mengerti.
“kajja, Sehun” ajak Kris dan
anaknya itu bangkit dari ranjang milik Kai. Memberi sebuah kecupan sayang pada
pipi bibinya dan jitakan super dasyat untuk hyungnya.
“yak appo !!” jerit Jongin.
“itu karna hyung telah berani
merusak wajahku !” jawab Sehun cuek lalu pergi. Hyun Jie dan Jongin
mengantarkan keduanya sampai halaman rumah.
“hubungi aku saat kau sampai
dirumah” kata Hyun Jie.
“baiklah, salamku untuk Suho hyung”
“baiklah, hati-hati dijalan”
“paman Kris, Sehunnie,
sering-seringlah main kerumah !” teriak Jongin saat Kris dan Sehun hendak masuk
kedalam Taxi.
“pasti hyung” jawab Sehun dari
dalam.
“annyeong~” pamit Sehun dan Kris
bersamaan. Setelah itu ...
“Kai, telpon ayahmu sana, bilang
kalau paman Kris dan Sehun sudah pulang ke Korea lalu setelahnya kau harus
mandi. Ibu sudah masak makanan kesukaanmu” perintah Hyun Jie pada Kai –nama akrab-
anaknya.
“baiklah bu” jawab Jongin lalu
berlari masuk kerumah.
“Jie Er, apa aku harus menjaga
mereka berdua lagi ?” Hyun Jie menatap sendu langit yang mulai gelap.
Esoknya
...
Kris’s
POV
Aku
merindukan negara ini. Sangat merindukannya. Negara dimana aku menuntut ilmu
dan yang paling penting, negara dimana aku bertemu mereka. Ya, Kim Hyun Jie dan
Kim Minseok. Dua manusia unik yang memberiku banyak pengalaman hidup. Meski
kami ini tergolong siswa ‘rusak’ saat disekolah, pemilik banyak catatan
blacklist di buku laknat milik OSIS sekolah dulu dan pemecah rekor tertinggi
dalam urusan kunjungan ke kantor kepala sekolah, kami masih menorehkan prestasi
disekolah kami. Basket adalah hidupku. Yang membuatku bisa membanggakan
sekolah. Kemampuan Taekwondo milik Minseok yang selalu menjadi juara di setiap
perlombaan dan bakat Dance Hyun Jie yang luar biasa mengagumkan, dan aku tidak
heran jika hal itu menurun ke anaknya, Kim Jong In.
Aku
merindukan momen kami bertiga. Momen saat kami kabur dari kelas masing-masing
hanya untuk merokok atau sekedar minum melepas penat diatas atap pom bensin
dekat sekolah. sungguh, Hyun Jie sangat ahli dalam urusan ‘melarikan diri’ dan
Minseok ? Xiumin manis itu paling pintar menipu. Penampilan yang selalu
terlihat nerdy dan terkesan kampungan, seperti kutu buku jika dilihat, ternyata
penipu ulung di sekolah. sungguh aku belajar hal yang mengagumkan dari mereka.
“selamat pagi Tuan Yi Fan” sapa
para karyawan di perusahaan tempatku bekerja.
“pagi” jawabku singkat dan
melanjutkan perjalananku menuju ruang kerjaku.
“selamat pagi Tuan Yi Fan, ada yang
bisa saya bantu ?” tanya seseorang dengan hormat. Menggelikan, aku langsung
memukul bahunya keras.
“tentu saja, bisakah kau berhenti
memanggilku seperti itu ? Xiumin ?” jawabku seraya terkekeh dan pria tampan
yang lebih pendek dariku itu hanya tertawa renyah.
“kau adalah atasanku, mana mungkin
aku bersikap senewen terhadapmu” jawabnya.
“aku lupa kalau aku adalah atasanmu
karena pada saat tertentu kau sangat suka men-Slap kepalaku” jawbaku dan dia tertawa keras.
“setidaknya kau bertambah cerdas
setelahnya kan ?” candanya.
“ne, Master Kim” jawabku dan dia
langsung melemparku dengan ponslenya. Beruntung reflekku bagus dan kutangkap
benda elektronik miliknya itu sebelum mengenai tepat di keningku.
“bisakah kita masuk ? keakraban
kalian membuat iri karyawan yang lain” ajak seseorang yang tak lain adalah Hyun
Jie.
“of course, Nyonya Kim” godaku dan
Xiumin bersamaan. Lihat wajah Hyun Jie ! kenapa dia terlihat sendu seperti itu
?
“baiklah, ayo kita masuk” ajak Xiumin
dan aku maupun Hyun Jie mengikuti langkahnya untuk masuk kedalam ruang kerjaku.
“bagaimana kehidupanmu di Canada ?”
tanya Xiumin membuka obrolan pagi hari kami.
“biasa saja. karena Sehun
menganggapnya biasa juga” jawabku.
“Sehun selalu menganggap biasa
semua tempat” sahut Hyun Jie. Ah benar juga ...
“bagaimana kabar Sehun ? aku
merindukan Thehunie kecilku” kata Xiumin dan aku hanya tersenyum.
“dia baik dan dia sudah besar
sekarang. Kau tidak akan kuat menggendongnya” jawab Hyun Jie.
“kuyakin tingginya sepantaran
denganmu sekarang” lanjutku.
“benarkah ?” tanyanya tak percaya.
“kau akan menyekolahkan Sehun
dimana ?” tanya Hyun Jie.
“Leveiyuu Academy School” jawabku.
Sekolah Internasional terbaik di Korea (author ngarang).
“sekolah bangsawan yaa” gumam kedua
sahabatku.
“memangnya Jongin sekolah dimana ?”
tanyaku.
“SOPA” jawab Hyun Jie singkat.
“ah sekolah seni ? jelas saja dia
pasti mewarisi bakatmu dalam hal menari” balasku dan Hyun Jie hanya tersenyum.
Cantiknya ...
“kau kapan akan menikah huh ?”
tanyaku pada Xiumin dan dia hanya ber-smirk-ria.
“sampai dia bisa kugapai” jawabnya
seraya memejamkan mata dan tersenyum menerawang.
“siapa ?” tanyaku penasaran.
“tidak perlu tau” jawabnya ketus.
Aku hanya mendengus kesal.
“pelit !” ejekku.
“so ? is that a problem for you ?”
balasnya sewot. Brengsek -________-
“is it not my style” jawabku tak
kalah sewot.
“bisakah kalian berhenti ? aku
haus” ujar Hyun Jie.
“kau ini ...” keluh Xiumin dan dia
langsung menelpon salah satu OB perusahaan.
“aku haus setelah melihat
pertengkaran bodoh kalian” jawabnya dan berlanjutlah obrolan kami ke arah yang
lebih dewasa. Haha, aku bercanda.
End
of Kriss’s POV
Sehun’s
POV
Aku agak lupa
kapan aku tinggal disini. Yang kutau aku lahir disini, menghabiskan masa TK
disini juga lalu SD hingga tahun ke empat dan selanjutkan aku menghabiskan
waktu belajarku di Jerman sebelum akhirnya kami berdua, aku dan pak tua
menyebalkan itu pindah ke Canada. Aku baru saja kembali dari rumah paman Kang,
pria paruh baya yang katanya teman kakek untuk mengambil beberapa
barang-barangku yang sempat kutinggalkan. Tadi paman Kang sampai menangis
begitu mengingatku. Katanya aku tumbuh menjadi sosok yang sangat tampan seperti
pak Tua Yifan. Enak saja aku disama-samakan oleh orang tua menyebalkan itu. huh
!
“hausnya” keluhku. Aku berjalan
didaerah distrik pertokoan di kota Seoul ini sendirian. Karena aku akan tinggal
dinegara ini lagi, jadi tidak ada salahnya aku berjalan-jalan untuk mengingat
tempat.
“oh good. My life is there !”
pekikku senang saat aku melihat kedai Bubble Tea diseberang jalan. Ketika
hendak menyebrang, tiba-tiba ada yang menarik ujung mantelku. Aku menoleh dan
mendapati seorang anak kecil memandangku dengan bibir manyun.
“ada apa ?” tanyaku mencoba ramah.
“apa hyung bisa membantuku
menyebrang jalan ?” tanya anak itu. duh
manisnya .. pikirku.
“kemana ibumu ?” tanyaku seraya
menyamakan tinggi tubuhku dengannya.
“ibu sedang bekerja”
“lalu kau dengan siapa ?” tanyaku
shock. Anak ini berkeliaran sendirian ditengah kota yang ramai seperti ? apa
orang tuanya tidak khawatir dirinya diculik ?
“sendirian Hyung. Rumahku didekat sini”
jawabnya.
“uhm baiklah, kau mau kemana ?”
tanyaku.
“kesana” jawabnya seraya menunjuk
kedai Bubble Tea yang menjadi tempat tujuanku.
“ne, kajja” ajakku seraya
menggandeng tangannya.
“pagi Kookie. Tidak sekolah hum ?”
tanya salah seorang pelayan saat kami tiba disana.
“annyeong Hyeo San noona. Aniya,
Kookie libur. Choi-sajangnim sakit” jawabnya. Aku hanya tersenyum mendengarnya.
Namanya siapa ? Kookie ? seperti cookies choco
“ada yang bisa saya bantu ?” tanya
pelayan yang dipanggil anak kecil dengan nama Hyeo San tersebut.
“aku pesan 2 cup bubble tea rasa
coklat untuk dibawa pulang” jawbaku.
“kookie mau rasa green tea. Untuk
ibu rasa vanilla” jawabnya.
“baiklah, tunggu sebentar ya” jawab
pelayan itu.
“ini pesanan anda tuan, dan Kookie,
ini milikmu. Sampaikan salam noona untuk ibumu ne ? oh ya ngomong-ngomong ini
siapa Kookie ? apa dia hyungmu ? wajahnya mirip sekali dengan ibumu”
“ah ? aniya ... kami baru bertemu
di penyebrangan jalan tadi” jawabku dan pelayan itu mengangguk.
“maaf tuan, bisa anda mengantarkan
Kookie untuk menyebrang ? rumahnya tidak jauh dari perempatan kota. Saya takut
dia akan terjatuh saat menyebrang nanti”
“tentu saja noona” jawabku setelah
membayar pesananku. ngoong-ngomong anak kecil itu membawa uang sendiri dan dia
menolak untuk kutraktir.
“baiklah. Terima kasih. Silahkan
datang lagi”
“gomawo. Kami permisi” pamitku.
“annyeong Hyeo San noona” anak
kecil dengan nama panggilan Kookie disebelahku ini melambaikan tangannya.
“baiklah, kau hati-hati saat pulang
ne” ujarku setelah membantunya menyebrang.
“ne, hyung juga. Hyung baik. Kookie
suka sama hyung”
“nama ku Sehun. Baiklah hyung pergi
dulu ne”
“annyeong Sehun-hyung ^^/”
“ne, annyeong ...” balasku lalu
kembali menyebrang dan berjalan menuju apartemen ayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar