Title :
The Spy Next Door
Title chapter :
Introduction
Author : Kim
Hyun Na a.k.a Fidya Amelia
Main cast : Huang
Zi Tao, Kim Hyun Na, Kim Jongin
Genre : Action,
Friendship, Romance
Length :
Chaptered
Disclaimer : famelia28.blogspot.com
Chapter 1
“Huang Zi Tao.”, dia mengulurkan
tangannya padaku.
Kubalas dengan uluran tanganku
bersalaman, “Kim Hyun Na.”
Sempat
lenggang beberapa saat di antara kami karena tak tahu ingin berbicara apa. Kami
saling melirik satu sama lain. Saat dia melirik ke arahku, aku berpura-pura
tidak mengetahuinya. Begitupun sebaliknya. Hingga akhirnya kuputuskan untuk
berbicara.
“Ehmm…” kumulai
percakapan dengan berhumming dan dia pun menanggapiku dengan menoleh kepadaku.
“Kau berasal dari
China?” aish! Aku bingeul ingin bertanya apa.
“Ne.”, jawabnya
singkat sontak membuatku kebingungan harus berbicara apa lagi.
Kami berdiam lagi
dan tak ada percakapan apapun diantara kita. Lucky ini hari pertama kelas 2,
Taeyeon songsaengnim belum terlalu banyak memberikan materi. Yang ada
dipikiranku sekarang adalah membuat anak ini berbicara. Karena kami sebangku. Di
sela-sela pelajaran, akhirnya ada yang membuat kita mulai menggerakkan tubuh
kami yang kaku seketika.
“Tao imnida!”
balasnya dengan senyum datar.
“Yah, ada teman
baru mengapa tidak mengenalkannya pada kami? Kau ingin menyimpannya sendiri?”
ketusnya padaku.
“Mwo? Ani! Ini
‘kan masih pelajaran.” aku bingung harus menjawab apa tapi memang ini masih jam
pelajaran. Setelah mendengar jawabanku, ia membalikkan badannya kembali ke
depan.
Setelah Krystal,
ada kejadian yang mengejutkan kami berdua. Tiba-tiba ada dua gadis di seberang
bangku kami yang sedari tadi mengamati. Kurasa mereka ingin memanggil Tao yang
ada di sebelahku. Mungkin mereka menyukainya. Wah, anak ini baru sebentar saja
sudah ada yang ingin menaruh hati padanya. Dasar, yeoja genit. Anehnya, mereka berdua
mengarah padaku dan dari pengamatanku, kurasa mereka mengisyaratkan padaku
untuk bertukar bangkuku dengan salah satu dari mereka. Mwo? Apa-apaan ini?
Sebegitunyakah mereka? Mereka ingin mengusirku? Aku bergidik dan menggelengkan
kepalaku tanda tidak mau. Selain itu, ini masih pelajaran.
Begitu ganti
pelajaran pun mereka masih bernego denganku. Aku benar-benar risih melihat
mereka berdua. Lalu aku bertanya pada Tao, “Bagaimana? Kau ingin duduk
dengannya?”
“Ani. Biarkan saja
mereka!” wow kalimat yang lumayan panjang kudengar darinya.
*****
Hari itu, langit
terlihat muram. Sepertinya akan hujan. Terdengar dari kamar, seorang yeoja
paruh baya memanggilku, “Hyun Na, angkat jemuran diatas sebelum hujan!” Eomma menyuruhku
dan segera aku melaksanakan perintahnya.
Baru setengah
pakaian yang bisa kuambil, tapi gerimis sudah tidak sabar dan turun menitikkan
tetesannya dan mulai membasahi pakaian yang sudah kering. Aku tergopoh-gopoh
mengambil pakaian yang terbilang banyak, sekitar 10 setelan lagi. Oh, hujan
jangan dulu! Hujan hujan pergilah datang lagi lain hari! Sambil mengambil
pakaian, kulihat ada orang yang sedang mengamatiku.
“Perlu bantuan?”
ia menawarkan bantuannya padaku.
Kutengok dia,
tetangga baruku yang kebetulan ada di atap rumahnya.
“Ta... Tao?”
kulihat tak percaya. Ia tetanggaku? Mwo? Hujan seakan berhenti saat aku
memanggil namanya.
“Ani. Gwaenchana!”
tambahku kembali mengambil lagi pakaian dan hujan seakan turun lagi dan lebih
deras. Oh, aku benar-benar ingin bantuan. Jangan hanya menawariku, tapi cepat
bantu aku! Aku beradu batin memanggil bantuan seakan aku menulis S.O.S.
“Kau yakin?” ia
memastikan.
“Ne! Sudah
selesai! Gomapta atas tawaran bantuannya!”, jawabku ketus dan segera aku turun
tak menggubrisnya. Aku kembali ke kamarku. Aku masih tak percaya dia
tetanggaku.
Tao POV
“Baby, kau jangan pernah meniggalkanku, ya?”
“Panda! Kau juga!”
“Semuanya juga
begitu!”
“Baby, kau jaga
mereka baik-baik, ne? Sekarang aku punya sekolah baru. Mungkin aku tak punya waktu
banyak untuk kalian. Mianhae!”
Siang itu sangat
mendung. Sepertinya akan turun hujan. Langit begitu abu-abu. Sangat kelam.
Kulihat dari jendela kamarku, ada yeoja yang sedang membereskan jemurannya.
Sebentar, kurasa aku pernah melihatnya. Bukankah dia teman sebangkuku? Gerimis
mulai datang. Dia masih disana berlomba-lomba dengan hujan. Kulangkahkan kakiku
keluar dari kamar.
“Perlu bantuan?” aku menawarkan
bantuan padanya. Kurang baik apa coba?
Kutengok dia,
tetangga baruku yang kebetulan ada di atap rumahnya.
“Ta... Tao?” ia
melihatku tak percaya.
“Ani. Gwaenchana!”
tambahnya kembali mengambil lagi pakaian dan hujan seakan turun lagi dan lebih
deras.
“Kau yakin?” aku
memastikan.
“Ne! Sudah
selesai! Gomapta atas tawaran bantuannya!” jawabnya ketus padaku dan ia
langsung pergi begitu saja. Aku tahu kau sangat membutuhkan bantuan. Dasar,
yeoja aneh!
Hyun Na POV
Dia masih duduk
disebelahku. “Jadi, kau tetangga baruku?” tanyaku padanya.
“Ne. Seperti yang
kau lihat.”, jawabnya.
“Master, kenalin
dong! Namja disebelahmu itu!” tunjuk Ryu Ri pada Tao yang menghampiriku.
“Ah, ne. Tao,
kenalin ini temanku dari X-11. Dia Ryu Ri!” aku memperkenalkan Ryu Ri pada Tao.
“Haaii... Tao!”
kulihat ekspresi nae chingu satu ini yang tampak cacingan menyapa Tao.
“Oh, haii Ryu Ri!”
mwo? Mengapa dia membalasnya seperti itu juga? Aku jadi ilfeel melihat namja
ini.
“Yang ini Seul Gi
dan itu Krystal.” kulanjutkan mngenalkan temanku yang ada disamping Ryu Ri.
“Hai!” sapa Seul
Gi.
“Bangapta!” tambah
Krystal tak mau kalah.
“Master, ayo ke
kantin!” ajak Ryu Ri kepadaku. Dia adalah temanku yang paling ekspresif.
“Ani. Kau duluan
saja! Kau ‘kan tahu aku jarang ke kantin.” tolakku padanya yang entah
sepertinya jawabanku salah.
“Ciyee, mau
berduaan sama murid baru, ya? Wah, master sekarang gitu, ya?” ejeknya. Mwo?
“Ah, iya. Kalian
duduk di bangku paling belakang. Pojokan pula. Wah wah wah! Hati-hati master,
nanti kesambet!” tambah Krystal.
“Ani! Baiklah aku
ikut kalian.” kalah telak aku diledek seperti itu.
“Tak diajak juga
itu?” sahut Seul Gi sambil mata dan alisnya mengarahkanku pada Tao.
“Mwo? Huh! Tao,
kau mau ikut ke kantin?” tanyaku pada Tao.
“Ani. Aku disini
saja.” jawabnya yang membuatku lega. Itu jawaban yang sangat benar. Sudah duduk
saja disitu anak manis. Good boy! Hahaha.
“Baiklah. Dia
tidak mau. Kajja!” aku langsung menggandeng teman-temanku dan pergi menuju
kantin.
Tao POV
Aku duduk
menyendiri di pojokan. Kulihat ada beberapa pria menghampiriku. Satu dua tiga…
empat orang. Aku hanya bisa memandang langkahnya berjalan tanpa kutanggapi. Dan
sampailah mereka tepat di hadapanku.
“Hai, kau anak
baru. Selamat datang di sekolah barumu ini! Semoga kau betah. Perkenalkan
namaku Joonmyun tapi panggil saja Suho. Aku sudah nyaman dengan nama Suho.
Bangapseumnida!” dia sepertinya tipe cowok yang sang peduli dan hangat.
“Namaku Do
Kyungsoo. Terkadang aku dipanggil D.O terserah kau ingin memanggilku apa.
Bangapta!” kurasa dia tipe pemalu. Wuiz… matanya belok sekali. Jangan menatap
orang sembarangan seperti itu! Hmm…
“Sekarang
giliranku! Perkenalkan aku Chanyeol. I’mma happy virus right here. Hahaha. Aku
menyebarkan banyak virus disini. Hehe…” dia tipe orang yang suka akan
keramaian.
“Virus?” tanyaku
memperjelas.
“Virus untuk
menyebarkan kebahagiaan pastinya. Dan ngomong-ngomong, kau suka musik apa?
Mungkin saja kita memiliki kesamaan.” tambahnya bersemangat. Sepertinya dia
belum selesai berbicara tapi ada seseorang di sebelahnya yang memotong.
“Sudah sudah.
Sekarang giliranku. Aku Kim Jongin atau Kai. Bangapta!” hanya itu yang ingin
kau katakana? Kau sudah memotong pembicaraan temanmu sendiri. Dia tipe orang
yang uhmm… (…LOADING LAMA…)
“Ayo, ke kantin!
Apa kau sudah mengenal seluruh isi sekolah ini? Jika belum kami bisa menjadi
tour guide mu. Gratis! Hehem” tawar Suho padaku.
“Iya. Ayo!
Daripada kau duduk sendirian di pojokan.” ajak Chanyeol heboh.
“Baiklah!”
balasku.
Aku berjalan
menuju kantin dan setelah itu berkeliling menyusuri koridor dan mendengarkan
setiap arahan Suho dan Chanyeol yang begitu brsemangat untuk mengenalkan
sekolah ini padaku. Kyungsoo hanya diam dan mengikuti. Jongin, atau Kai?
Enaknya panggil yang mana? Mungkin Jongin sajalah. Dia sepertinya asyik
menebarkan pesona kulit tannya kepada setiap hembusan angin dan mungkin ia
berharap akan ada yeoja yang mengerubunginya.
“Jadi, bagaimana
China? Apa semuanya baik-baik saja?” tanyanya yang membuatku mengernyitkan
dahiku lalu melepas tangannya yang tadi merangkul pundakku.
“Mwo?” tanyaku
penasaran.
“Tidak apa-apa.
Hanya ingin tahu bagaimana keadaanmu disana? Dan alasanmu pindah kemari?”
tanyanya dengan senyum yang tak kumengerti.
*****
Hyun Na POV
Sekembalinya aku
dari kantin, kulihat Tao sudah bersama namja lain. Yah, wajarlah! Berarti dia
sudah punya teman lain. Baguslah, ada kemajuan! Dua yeoja yang kemarin genit
pada Tao terlihat menuju ke arahku. Mereka masih mau bernego lagi? Aish! Kubilang,
“Itu terserah dia. Jangan tanya padaku
lagi! Tanyakan saja padanya!” Jawabku berulangkali dengan kesal.
“Mengapa kau
dipanggil master?” tanyanya setelah aku duduk kembali di bangkuku.
“Nan molla. Saat
kelas X, aku mendapat peringkat I. Sebelum itu sih, saat hari-hari
pertama masuk SMA. Aku lumayan bisa menjawab banyak pertanyaan dari guru. Lalu
temanku Baekhyun yang duduk di depan bangkuku langsung menjulukiku seperti itu.
Aku juga heran, master itu kan untuk pria. Seharusnya mistress. Aku ingin
membenarkan. Kurasa yang lain sudah terbiasa memanggilku master. Ya, karena
ulah Baekhyun.” jelasku padanya.
“Mwo? Berarti kau
ini orang yang sangat pintar?” tanyanya seakan tak memercayayiku.
“Aku tak pernah
bilang begitu. Sepertinya itu hanyalah suatu keberuntungan.” jawabku tapi
kulihat dia mengernyitkan dahinya seakan tak percaya. Ne, ara! Dari
penampilanku seperti kebalikannya ‘kan? Begitu maksudmu? Kutunggu jawaban
darinya. Tapi dia tak menanyakannya. Kulihat tampangnya yang heran
berkepanjangan padaku dan menatapku aneh.
“Mwo? Mengapa kau
menatapku seperti itu? Apa ada yang salah denganku?” kubalas tatapannya agar ia
menghentikannya.
“Aniyo.”, dan ia
langsung membalikkan badannya 90⁰ mengarah ke papan tulis.
“Lalu bagaimana
denganmu? Sebagai tetangga dan temanmu tak salah ‘kan bila aku ingin tahu
seperti apa dirimu?” tanyaku ingin tahu.
“Seperti apa? Ya
seperti ini!” meregangkan kedua tangannya dan menunjukkan tubuhnya.
“Yah, appo! Bukan
itu maksudku. Tapi seperti apa kau itu? Latar belakangmu itu bagaimana? Sewaktu
di China itu kau bagaimana?” tanyaku panjang lebar.
“Yah, aku ya
seperti ini. Just Tao! Seperti lelaki lainnya.” jawabnya yang tak kumengerti.
Ish, dasar namja! Susah, ya kalau ngobrol sama namja. Aku sangat tak
berpengalaman mengajak namja dalam obrolanku. Bukan keahlianku. Tapi sampai
kapan aku seperti itu? Pantas saja tak ada namja yang mendekatiku. Apa aku
tidak menarik? Apa karena ada embel-embel master? Urggh! Hyun Na, hwaiting!
“Oh, ya! Kau kenal
namja bernama Jongin didepan itu?” tunjuknya pada namja yang duduk di bangku
paling tengah depan.
“Ah, belum. Wae?”
tanyaku balik.
“Ani. Aku hanya
ingin tahu apakah dia baik bila kau kenal dengannya. Dia tadi mengenalkan
dirinya padaku.” terangnya padaku.
“’Kan kau yang
kenal! Aku mana tahu. Tapi semua murid memang baik bila kau menganggapnya baik.”
jawabku tak mengerti akan penasarannnya pada Jongin. Memangnya ada apa? Kau ingin
mengajaknya berkelahi? Sempat terlintas di otakku hal tersebut. Nguuiiingg!
Boom!
“Ah, ne aku lupa.
Tadi yeoja disebelah menanyakan padaku. Apa kamu mau duduk dengannya disitu
bersamanya?” ejaku per kata padanya.
“Na? Dengan
mereka?” tanyanya balik.
“Salah satu dari
mereka maksudnya.” tambahku.
“Arasso. Kasihan
mereka! Tapi tunggu sampai mereka sendiri yang memintanya padaku!”, jawabnya
pasrah. Tapi kenapa kasihan?
“Ah, ne.”, jawabku
menurutinya.
Setelah ada
percakapan itu, dua yeoja tersebut menghampiri kami. Benar saja! Panjang umur
mereka! Mereka menanyakannya langsung pada Tao dan akhirnya aku duduk bersama
temannya di bangku mereka. Dia yang tidak duduk bersama Tao bernama Irene. Dan
temannya yang genit itu bernama Yoon Hee. Cantik memang!
*****
Hari berikutnya
aku duduk lagi bersama Tao. Entah mengapa sepertinya Yoon Hee bosan. Eh, tapi
jangan salah. Mereka ternyata lebih akrab. Cepat sekali! Ckck! Di kelas 2 ini
entah mengapa terlihat pasif. Aku tak menampakkan kharismaku sebagai master X-11.
Bahkan dua hari lalu tak ada jawabanku yang benar sehingga teman-temanku yang
bukan dari X-11 meledekku keras, sangat keras sekali. Aku dibuat malu oleh
ledekannya. Tapi aku harus sabar. Kuakui sepertinya di penjurusan ini,
teman-temanku di kelas ini terbilang pintar-pintar semua. Tak salah aku dibuat
kagok oleh mereka semua. Mereka hebat. Benar-benar anak IPA! Tapi aku? Mengapa
aku tampak salah jurusan? Bukankah ini memang pilihanku berada di IPA? Sabar,
Hyun Na! Hwaiting! Mazeltov, Hyun Na!
Akhirnya jam
pelajaran wali kelasku tiba. Namanya Miss Tiffany. Beliau mengajar Bahasa
Inggris. Entah mengapa dipanggil miss, sepertinya beliau belum menikah. Di
kesempatan itu, Miss Tiffany selaku wali kelas menyempatkan waktu jam pelajaran
untuk mengadakan pemilihan ketua kelas dan seperangkatnya.
“Suho, saja Miss!
Dia dulu jadi ketua kelas!” namja tersebut menunjuk Suho dengan bersemangat.
“Jangan, Miss!
Victoria saja!” teriak yeoja yang mempromosikan teman sebangkunya.
Akhirnya diadakan
voting dari semua kandidat yang diajukan. Terpilihlah Suho sebagai ketua kelas
dan Victoria sebagai wakilnya. Setelah selesai pembagian perangkat kelas, Miss
Tiffany membagi kelompok dengan berhitung 1 sampai 10. Aku mendapat angka 5 dan
membuatku satu kelompok dengan Jongin orang yang dimaksud Tao. Kurasa dia
baik-baik saja. Sangat baik. Sangat pandai bergaul dia.
Ada materi critics and
suggestions. Miss Tiffany memberi tugas kelompok
untuk mengkritik dan mengsugesti seseorang. Dan orang itu adalah Suho, ketua
kelas baru kami. Dan di kelompokku yang
pernah sekelas dengannya adalah Jongin. Dia sangat bersemangat dan langsung
memberikan arahan pada kelompok ini. Tapi sayangnya ia tak seberapa lancar
berbahasa inggris dan spontan Ryu Ri yang sekelompok denganku mengarahkan telunjuknya
padaku. Semua mata mereka langsung tertuju padaku. Dan akulah yang menjadi juru bicara
mereka. Aku yang menerjemahkan semua yang ingin disampaikan kelompokku.
Giliran
kelompokku. Aku langsung berdiri. Aku merasa canggung harus mengatakannya. Tapi
temen-temanku menyemangatinya. Aku belum kenal Suho, bagaimana bisa aku
mengatakannya? Jongin menatapku agar segera menyampaikan pesannya. Kulihat evil
smile terpasang di raut wajahnya.
“As think as our
group, we think that Suho are too soft, undicipline and unwise. Our suggestion
for Suho are you have to be wiser, more discipline and faster to do anything.
Thank you!” kulihat dari seberang Suho menatapku penuh dendam. Aku menyilangkan
kedua tanganku membentuk huruf X untuk memberitahunya bahwa itu bukan dariku.
Aku menunjuk Jongin agar dia mengerti bahwa Jongin yang menyuruhku. Akhirnya
aku, Suho dan Jongin beradu aegyo dendam yang menurutku itu lucu. Suho tampak
mengancamku dengan mengepalkan tangannya dan mengarahkan padaku. Mwo? Ani!
Jongin yang melakukannya. Lalu Suho berbalik pada Jongin berniat memberikan
tinjunya pada Jongin. Dan Jongin memberikan granatnya pada Suho.
Nguuuiiiinnnnnngggg! Boooommm!
Miss Tiffany hanya
meringis melihat tingkah kami. Akhirnya beliau meyudahi. Jongin sangat jahil.
Dan gantilah pelajaran selanjutnya yang kami tunggu-tunggu, yaitu Bahasa
Jerman. Wow! Tampak dari kami semua tak sabar. Begitu songsaengnim datang kami
semua memberi sambutan penuh antusias tanda kami siap belajar. Beliau adalah
Frau Riri. Harus ada namanya. Kalau frau saja, songsaengnim bisa marah. Karena
jika hanya frau, itu artinya pembantu. Pantas saja!
“Disini siapa yang
sudah pernah belajar Bahasa Jerman?” tanya Frau Riri antusias.
Kulihat dari
sebelahku, Tao mengacungkan tangan begitu antusias. Kutatap dia. Ada apa
dengannya? Ekspresinya? Tampak cantik sekali seperti anak gadis yang begitu
antusias mendapatkan sesuatu. Apa aku tidak salah lihat? Wajah seram datarnya
itu mana?
“Kau bisa
memperkenalkan dirimu dengan Bahasa
Jerman?” tanya Frau Riri lagi antusias.
Semua mata
mengarah pada Tao ingin tahu seberapa besar ia fasih berbahasa jerman. Dan
semua makhluk di kelas tersebut dibuat beku tak berkutik saat ia berbicara.
Seakan waktu berhenti sejeank untuknya. Semua yang ada di kelas dibuatnya
takhluk padanya dan hanya mengarah padanya.
“Guten morgen!
Mein Name ist Huang Zi Tao. Ich bin siebzehn Jahre alt. Ich komme aus China.
Aufwiedersehen!” lalu ia duduk kembali dan waktu kembali berdetik. Wow!
“Memang apa
artinya?” bisikku padanya.
“Selamat pagi!
Namaku Huang Zi Tao. Aku berumur 17 tahun. Aku berasal dari Cina. Salam kenal!”
terjemahnya dengan antusias sontak membuatku terpana melihat kelakuannya yang
begitu menggemaskan.
“Ne, bangapta!”
balasku terpesona melihat tingkahnya. Haduh, cantik banget! Bukan salah Yoon
Hee dan Irene kalau mereka kecentilan. Mengapa aku baru tahu betapa berkharismanya
namja disampingku ini.
“Yah, mengapa kau
melihatku seperti itu? Apa kau terpesona denganku?” cetusnya yang membuyarkan
lamunanku.
“Mwo? Ani! Dari
mana kau pelajari itu?” tanyaku agar tidak ketahuan. Tapi kurasa dia sudah
tahu.
“Saat aku di Cina.
Ada mata pelajaran itu juga saat aku kelas 1 SMA. Dan sekarang aku akan
mengulanginya dari awal lagi disini. Hupft!” jawabnya kesal.
*****
Sudah berhari-hari
kurasakan penurunan pada prestasiku. Tampak sangat jelas sekali. Justru kulihat
Tao yang menampakkan semua keahliannya. Tapi aku senang menjadi tetangganya
sekaligus teman sebangkunya. Dan aku tahu kamarnya ada di atas tepatnya loteng
rumahnya. Lucky, loteng rumahku hanya untuk jemuran. Jadi dia tak tahu dimana
kamarku. Lagipula memang jangan sampai dia tahu.
Setiap siang atau
sore biasanya aku celingukan di atap rumah. Dengan alasan mengambil jemuran
atau mencari udara segar. Mungkin dia tahu kedatanganku. Bisa jadi dia sembunyi
di kamarnya. Dan suatu hari pula, tak sengaja kudengar dia dari kamar berbicara
dengan seseorang dan seseorang itu bukan eomma, appa, atau Ma Zi Han saenginya.
Dan kudengar lagi tak ada yang menjawabnya. Mungkin dia sedang menelepon.
“Baby, aku
merindukan dirimu.” Dia sudah punya pacar?
“Bagaimana
kabarmu? Baik-baik saja ‘kan? Lama sekali kita tak berjumpa. Aku ingin
memelukmu sekali lagi. Muach!”
Mwoya? Dia? Sudah… ada… yang… punya?
Entah mengapa rasanya tak karuan. Aku penasaran siapa dia. Mengapa aku jadi
begini?
>>> To Be Continued <<<
I imagine if there is a boy as like Tao in our campuz.... It's very nice to us everyday........
BalasHapusi hope so. hahaha
BalasHapus