Selasa, 19 Agustus 2014

The Spy Next Door (Chapter 6)

Title                 : The Spy Next Door
Title chapter    : Precious Heart
Author             : Kim Hyun Na a.k.a Fidya Amelia
Main cast         : Huang Zi Tao, Kim Hyun Na, Kim Jongin, EXO Member, Kim Hyun Jie
Genre              : Action, Friendship, Romance, Fantasy
Length             : Chaptered
Disclaimer       : famelia28.blogspot.com

“Kalian tahu, file tersebut telah dibuka dan berubah menjadi kristal yang sekarang ada pada jantung kedua gadis itu!”, jelas Kai pada semua agen lalu menunjuk Hyun Na dan Hyun Jie.
“MWO?”, aku, Sehun, Hyun Na dan Hyun Jie serempak lalu diikuti agen-agen yang lain. Tapi teriakan kamilah yang paling keras.

Chapter 6

            “Ada apa dengan ekspresi kalian? Apa kalian terkejut? Kalian belum mengetahui tentang hal itu? Di saat getir seperti ini, kalian bahkan tak memiliki wawasan apapun untuk menghadapi kami?”, balas Kai tak mempercayai.
            “Kai, Chen! Ada apa dengan kalian? Mengapa kalian tiba-tiba menjadi seperti ini?”, leader Suho mulai mencari letak kesalahan pada kedua agen yang mendadak berkhianat.
            “Geurae, untuk apa file itu hingga membuat kalian seperti ini?”, tambah Chanyeol.
            “Jadi kalian selama ini belum mencurigai kami? Hah...”, lenguh Chen dengan mulai menunjukkan kegarangannya lagi.
            Semua agen EXO mengamati kedua agen yang bukan dirinya dengan seksama. Moributeo balkkeutkkaji. Untuk mencari tahu siapa sebenarnya mereka. Dengan was-was mereka menerawang setiap inchi pada diri kedua agen tersebut. Apakah mereka bersekongkol dengan pihak luar ataukah mereka dirasuki sesuatu? Semua agen berpikir dengan keras. Jika file XOXO adalah file rahasia semacam resep rahasia agen EXO maka pastilah ada pihak yang iri dan ingin mengambil formula ini. Dan masalahnya, siapa dan mengapa mereka iri?
            “Hey, mengapa kalian bergulat dalam pikiran kalian masing-masing?”, teriak Chen membuyarkan awas mereka.
            “Siapa kalian sebenarnya?”, Luhan berbicara. Ya, dia seorang telekinesis. Dia sedang berusaha untuk bertelepati, kurasa.
            “Apa kau sudah mulai mengetahuinya? Menurutmu, kami siapa?”, Chen mengetes kemampuan telekinesis Luhan sekalian bermain-main dengan anggota EXO.
            Di lain sisi Chen sedang meladeni keenam agen EXO, Kai sedang mempersiapkan alat-alat entah apa tapi sepertinya alat kedokteran. Aku curiga dia akan melakukan hal yang tak kuinginkan pada Hyun Na dan Hyun Jie. Aku membaca sekilas ada propofol atau obat bius. Jangan-jangan mereka akan membedah jantung kedua gadis tersebut. Oh tidak! Tak adakah cara lain?
            “Hyun Na, sudah belum?”, Hyun Jie berbisik.
            “Sebentar lagi!”, balas Hyun Na sambil meneruskan memotong ikatan pada pergelangan tangannya.
            “Jangan tunjukkan kepanikan kalian!”, berusaha memperingati mereka. Kami juga mengurusi masalah kami di saat yang lain sibuk mengurusi masalah mereka.
            “Hyun Na, berikan padaku saja!”, perintahku masih berbisik pada Hyun Na yang lalu ia memberikan pisau lipat tersebut padaku.
            Setelah aku memotong ikatan tali yang ada padaku lalu aku memotong ikatan pada Hyun Jie terlebih dahulu karena posisinya yang terdekat denganku. Namun saat aku memotong ikatan tali pada tangan Hyun Na, tiba-tiba pisau lipat tersebut jatuh dan sontak membuat Kai langsung terkejut dan mengarah pada kami. Dengan cepat aku menyembunyikan pisau lipat yang jatuh tersebut dengan kaki panjangku untuk menghalangi pengedaran matanya mencari apa yang baru saja terjatuh. Kami bertiga masih berada di posisi kami dengan berpura-pura jika tangan kami masih terikat kecuali Hyun Na yang benar-benar masih terikat.
            Kai berjalan ke arah kami. Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari sesuatu namun segera aku halangi bila ia mulai melihat suatu kejanggalan yang terjadi. Ia berjalan mengelilingi kami. Nampak terlihat di raut wajah kedua yeoja tersebut ketakutan. Meskipun Kai berada di bangku kelas yang sama dengan kami tapi tetap saja masih membuat yeojadeul di sampingku bergemetaran dan membuat mereka berkeringat dingin. Ya, bagaimana tidak? Jantung mereka akan dicincang. Entah mereka berdua sudah mengerti atau belum tapi sebaiknya aku tutup mulut saja daripada membuat mereka shock. Aku melanjutkan pandanganku mengamati gerak-gerik Kai yang beberapa detik kemudian...
            “Ayo, berdiri! Kau duluan!”, Kai berbisik di telinga Hyun Na yang mana membuatnya semakin ketakutan lalu Kai menyeret Hyun Na dengan paksa. Seketika aku berdiri dan melayangkan tinjuku tepat di muka Kai. Hyun Jie dengan tangkas menarik Hyun Na dari cengkraman Kai lalu buru-buru mengambil pisau lipat yang terjatuh tersebut dan memotong ikatan tali yang ada pada Hyun Na. Kai yang agak lengah berusaha mengembalikan kekuatannya dan berbalik membalas. Aku mencegah Kai agar tidak mengejar Hyun Na dan Hyun Jie. Lalu kami semua berkelahi untuk mencegah Kai dan Chen mengejar kedua yeoja berkristal tersebut.
            Chen melontarkan percikan api dari petirnya kepada kami. Kami pun berjuang membalasnya namun kami juga berusaha agar tidak membuat mereka terluka parah karena tubuh mereka adalah tubuh agen sesama kami. Sehun memutar-mutar udara dengan telunjuknya menjadi angin tornado yang sangat kuat. Suho mencari segala sumber mata air yang dapat ia gunakan untuk menghempaskan ke wajah mereka dan berharap apapun yang merasuki mereka itu mereka menjadi sadar. Benar saja, entah mantra apa yang digunakan Suho dan hal tersebut berhasil membuat mereka mengungkapkan siapa mereka. Terlihat jelas dari suara yang mengerikan itu keluar begitu saja dari mulut Kai dan Chen. Suara tersebut seperti erangan yang mana bukan suara pemilik tubuh. Namun mereka masih bertahan pada tubuh yang ditumpanginya.
            Luhan mengambil apa saja yang ada disekitarnya untuk ia gerakkan dengan pikirannya dan hanya dengan gerakan lunglaian tangannya mampu melemparkan dengan kuat benda apapun itu. aku merasa iri dengan kekuatan itu. Luhan seperti tak berbuat apa-apa. Lihat saja dia, lembek sekali tubuhnya. Tak salah dia disebut pretty boy. Hahhah. Walau kuakui dia sangatlah jantan. Baekhyun kulihat berusaha membuka cakrawala yang telah tertutup awan karena ulah Chen untuk mendapatkan sinar mentari. Ya, kekuatannya cahaya. Mengapa tidak pakai lampu saja? Ne ne ne, sebelum kena cerocos baek hyung, aku ingat jika lampu hanya beberapa watt saja. Ok ok! Hahaha. Mian, hyung! Salam ggapsong! D.O, hyung ini terlihat lucu. Ia menggertakkan tanah dan membuat semua paving halaman sekolah jadi hancur. Dan Chanyeol, aku jadi ingat Kris hyung yang juga punya kekuatan api. Baiklah, api punya Chanyeol memang yang terbaik. Tapi kemampuan terbang Kris lebih hebat. Ngomong-ngomong dimana ketiga agen lainnya, ya?
            Semuanya mengandalkan kekuatan magis mereka. sedangkan aku yang memiliki kekuatan pengontrol waktu harus mengandalkan tubuhku sendiri untuk membela diri. Untung saja aku mahir bela diri terutama Kung Fu. Apa karena itu sebabnya aku hanya diberi kekuatan pengendali waktu? Cih, apa-apaan ini? Kurasa aku dan Kai memiliki kesamaan dalam membela diri. Kami bermain dengan waktu. Aku bisa membuat waktu terasa begitu lama karena aku menghambatnya sedangkan Kai yang bisa berteleportasi membuat ruang waktu menjadi terasa singkat. Baiklah, kita lanjutkan lagi ceritanya. Baru saja kita membahas sampai pada Kai, bocah itu langsung menggandeng Chen dan menghilang. Lucunya saat Chanyeol menggerakkan kaki kanannya bermaksud untuk menendang Chen, mereka sudah keburu menghilang sehingga membuat Chanyeol tak bisa menyeimbangkan tubuhnya dan malah terjatuh sendiri.
            Beruntung mereka kabur duluan. Mungkin mereka berdua sadar bahwa kekuatan mereka tak mampu untuk melawan kami semua. Setelah tahu mereka kabur, Hyun Couple berlari ke arah kami. Melihat mereka berlari, entah apa yang kurasakan jantungku berdebar saat yang kulihat hanyalah Hyun Na. Seperti hanya Hyun Na yang kutunggu dan ingin kuraih tangannya begitu ia sampai garis finish semu dihadapanku. Kulirik sebentar ke arah kiri, ada Sehun yang menyambut dengan tangannya seperti ingin menangkap seseorang ke dalam pelukannya. Sepertinya yang dimaksud adalah Hyun Jie. Mengingat yang berlari ke arah kami adalah Hyun Na dan Hyun Jie. Baiklah, mari kita lihat siapa duluan yang sampai garis finish!
            Sepertinya aku dan Sehun sudah tak sabar. Kami ikut berlari mengejar mereka. hanya tinggal beberapa langkah. Siapakah yang paling cepat menangkap gadis tersebut? Agen EXO lain yang dibelakang kami seperti ikut tegang melihat perlombaan yang kami buat tanpa sengaja ini. Tanpa terasa ada asap biru kelam yang seakan bergerak cepat di sela-sela perlombaan ini. Kami sepertinya belum mempersoalkan hal itu.
            Jedug!
            “Hyun Jie!”, teriak Sehun. Hahhaha... Hyun Jie terjatuh. Sepertinya peluangku memenangkan perlombaan ini sangat besar karena tali sepatu Hyun Jie terlepas dan membuatnya oleng.
            Zlapp!
            “Hyun Na!”, mwo? Apa yang kau lakukan Kai? Kami sedang berlomba. Dan kau tak terdaftar untuk mengejar Hyun Couple. Kau tak berhak memenangkan ini.
            “T A O”, aku berusaha menghentikan waktu tapi waktu rasanya tak berpihak padaku. Samar-samar terdengar dari gerak ucapan Hyun Na saat sebelum akhirnya ia masuk ke dalam portal bersama Kai. Ini namanya penculikan. Beruntung Sehun karena Hyun Jie terjatuh dan tidak jadi ditangkap. Eotteohke? Dimana aku bisa menemukanmu, Hyun Na? Bahkan aku belum menerima uluran tanganmu. Disaat seperti ini Sehun justru memamerkan tindakannya memeluk Hyun Jie. Tak bisakah kalian tak melakukannya dihadapanku?
Hyun Jie POV
            “Sehun ah!”, panggilku sambil berlari menuju namja yang ada didepanku.
            “Hyun Jie ah! Gwaenchana?”, sambil mengamatiku dan langsung memelukku.
            “Yah, eotteohke nae twinnie? Eodiseo? Mau dibawa ke mana dia oleh lelaki yang menculikku di sekolah?”, tanyaku menggebu.
            “Jadi, Kai yang menculikmu? Mengapa dia bisa mencurigaimu? Tapi kau tidak apa-apa ‘kan?”, tanya Sehun balik.
            “Ne. Aku juga tidak tahu mengapa dia bisa mengenalku. Sewaktu aku izin ke toilet, tiba-tiba dia mengejarku dan zlaapp... aku sudah di sekolah kalian. Semuanya terjadi begitu cepat. Aku bahkan berpikir dia adalah malaikat pencabut nyawa. Aku begitu ketakutan tadi. Dan bahkan sekarang, ia membawa twinnieku. Eotteohke hajyo?”, jelasku panjang kali lebar kali tinggi.
            “Eotteohkkajyo? Tteollineun maeumyo. Molla molla hamyeon naeil...”
            “Yah! Mwoya? Mengapa kau menyanyi? Kau tahu, lebih baik kau nge-rapp daripada menyanyi seperti itu.”, mwoya dia malah menyanyi SNSD Gee.
            “Hehe. Nado nan molla.”
            “Yah, ini tidak lucu sama sekali. Mengapa kau masih menyanyi meskipun itu bagianmu di growl? Aish!”
            “Otte Otte. Mian! Sebaiknya kau tenang terlebih dahulu. Kita pasti dapat menemukannya.”, dia berusaha menenangkanku walau aku belum bisa tenang. Tapi berpura-pura bersikap tenang adalah yang terbaik setidaknya itu sedikit membantuku untuk berpikir jernih.
            Kulihat seorang lelaki dengan mata panda yang kurasa dia adalah Tao-orang yang sering Hyun Na ceritakan-dia mondar-mandir ke sana kemari. Ia bahkan terlihat lebih khawatir daripadaku. Selang beberapa waktu, entah kali ini aku mimpi atau apa, ada seekor Naga yang begitu besar. Naga tersebut ditunggangi oleh tiga orang. Aku benar-benar sedang tidak bermimpi ‘kan? Jika ini mimpi, mengapa sangat lama? Bukankah mimpi paling lama sekitar 45-90 menit? Setahuku dari @TwitFAKTA sih. Hhehe. Dan ini sudah berjam-jam. Itu artinya aku sudah bolos banyak jam pelajaran hari ini. Tasku bahkan masih ada di sekolah. Mwo? Nae gabag? Aish, pikiranku ke mana-mana. Aku belum bisa berpikir dengan jernih saat ini. Bahkan mungkin ini adalah rekor mimpiku yang terpanjang. Mengapa aku belum bangun juga?
            “Aaaahh!”, aku berteriak begitu frustrasi hingga mencubit dan memukul diriku sendiri. Aku harap bisa berhasil untuk membangunkanku dari mimpi ini. Tapi aku salah. Usaha gagal total. Sekarang aku membuat semua orang panik melihat keadaanku.
            Dengan tanggap, Sehun langsung menenangkanku. Dan lebih bingung dan agak terkejut lagi saat seseorang menghampiriku. Sehun memegangiku seperti aku adalah pasien rumah sakit jiwa. Tapi, berkat orang itu, aku menjadi sangat-sangat baik. Apa dia dokter? Kudengar namanya Lay. Entahlah, aku sepertinya belum dapat menghapal nama kalian sekaligus sampai saat ini. Hari ini benar-benar hari yang sangat... entahlah. Jika dibilang buruk memang iya, bahkan lebih banyak buruknya tapi setidaknya aku bertemu dengan Sehun lebih lama dari kemarin.
            Aku belum bisa berkata apa-apa. Aku seperti belum ingin bertanya apa yang sedang terjadi. Aku hanya bisa diam merenung. Terlebih aku adalah yeoja satu-satunya yang sedang dikelilingi sepuluh namja. Ya, setelah kedatangan ketiga pendatang baru jumlah mereka ada sepuluh. Mereka sibuk berdiskusi layaknya mengadakan kongres. Dan aku berada di tengah-tengah mereka seperti tumpeng. Tentu saja tidak, aku lebih memilih berdiri di dekat Sehun-satu-satunya orang yang aku kenal dengan betul.
Normal POV
            TUK!
            Keadaan sekolah kembali normal. Seluruh warga sekolalah yang tadinya berkumpul di halaman sekolah mulai berhamburan dengan banyak pertanyaan ‘mengapa mereka bisa ada disana?’. Tentu saja seluruh anggota agen EXO telah mengevakuasi diri mereka ke markas bersama pasukan baru, Hyun Jie. Uhm, anggap saja dia tamu. Oh, bukan! Tapi dia adalah korban. Sebelum dia menjadi nyamuk, Sehun dengan cepat mengajaknya berkeliling. Dengan sabar dan penuh perhatian dia mendengarkan apapun perkataan yang keluar dari mulut gadis itu. Sebagai wanita, Hyun Jie mengeluarkan seluruh apa isi pikirannya tanpa tahu fungsi tanda jeda.
            “Sementara, kau aman di sini. Aku mengajakmu berkeliling agar kau lebih nyaman.”, ajak Sehun berkeliling markas.
            “Mengapa kau tidak ikut rapat bersama yang lainnya? Kira-kira mereka bisa menemukan Hyun Na, tidak ya? Bagaimana keadaannya sekarang? Apa dia sudah makan? Oh! Mereka tak sungguh-sungguh berbuat lebih dari propofol ‘kan? Mereka tak mungkin berbuat jahat pada nae twinnie ‘kan? Eotteokkaji?”, Hyun Jie bertanya tanpa memberi kesempatan Sehun untuk menjawab pertanyaannya satu persatu.
            “Propofol? Kau mengerti propofol?”, Sehun akhirnya bisa menyela pertanyaan Hyun Jie.
            “Uhmm... ani. Memangnya itu obat apa? Tidak mematikan ‘kan?”, cerocos Hyun Jie dengan wajah pokernya.
          “Aku tidak bisa bilang mematikan. Tapi itu obat bius dengan dosis tinggi. Lalu apa lagi yang kau ketahui?”
            “Eobseo. Hanya jarum suntik dan propofol. Wah, Sehunnie! Ini apa? Apa ini cincin? Boleh aku pakai? Wah, ternyata ada banyak perhiasan di sini. Metal! Nan chowahae.”, Hyun Jie menghentikan pembicaraannya tentang Hyun Na setelah menemukan hal baru yang memikat pandangannya tersebut dan melupakan rasa khawatirnya pada twinnienya.
            “Yah! Hyun Jie ah, hati-hati! Jangan yang ini! Ini saja!”, larang Sehun sambil menyodorkan sebuah kalung.
            “Waeyo?”, tanya Hyun Jie polos.
            “Setiap barang ini ada kegunaannya masing-masing. Minggir! Cincin ini bila diputar seperti ini bisa mengeluarkan jarum. Ini disebut cincin akupunktur.”, jelas Sehun sambil memberi tahu cara menggunakannya.
            “Jinjja? Punggungku terasa pegal. Bisa kau melakukannya untukku?”, tanpa rasa malu atau takut sedikitpun, Hyun Jie memijit-mijit bahunya kecil karena tangannya tak sampai memijat-mijat punggungnya.
            “Gulp! Uhmm... tapi ini bukan untuk kesehatan. Ini ada racunnya?”, Sehun menelan salivanya atas permintaan yang dilontarkan gadis tersebut. Dan dengan fokus, ia menjelaskannya dengan hati-hati.
            “Mwoya? Kalau begitu tidak jadi. Lalu bagaimana dengan ini? Motif skull yang ada diatas permukaan jam ini bagus.”, tunjuk Hyun Jie pada sebuah jam yang tampak seperti gelang. Ya, gadis ini menyukai hal-hal yang terkesan metal dan berani, tak seperti kebanyakan wanita yang menyukai hal-hal yang terkesan lucu.
            “Oh, itu memang bagus tapi hanya jam dengan GPS. Kalau jam yang lebih tampak ke gelang ini baru multifungsi. Jika ada Smart Phone, Smart PC, dan Smart TV, maka kami menamainya Genius Watch. Kami selalu berebut untuk bisa menggunakannya. Itu karena jumlahnya hanya ada enam. Luhan hyung curang tidak membuat ini sebanyak dua belas. Dia kira EXO hanya berenam? Kami berduabelas, hyung! Ya walaupun ia bilang akan menyelesaikannya dengan segera. Tapi ini sudah terlampau tiga bulan setelah ia mengatakan janjinya. Aish!”, sekarang berganti Sehun yang menjadi cerewet. Luhan adalah agen dengan kekuatan telekinetik yang juga mampu membuat beragam alat-alat mata-mata yang diperlukan agen EXO. Bisa dibilang ia yang terpintar karena bakatnya tersebut.
            “Hahaha. Wah, ternyata Thehunnie banyak bicaranya juga, ya? Hehheeh.”, Hyun Jie terkekeh melihat kelakuan Sehun.
            “Jeongmalyo? Tapi akhirnya kau bisa tertawa ‘kan? Aku lega melihatmu seperti ini.”, menyadari bahwa kebiasaan talkactive Hyun Jie menular pada Sehun membuatnya lebih lega jika bisa membuat suasana hati Hyun Jie lebih baik.
            “Lalu kalung yang kau berikan padaku ini fungsinya apa?”
            “Memangnya tadi aku bilang memberikannya padamu?”, Sehun menunjukkan Evil smirknya.
            “Ehmm... entahlah. Hehe. Bukan untukku, ya?”, tanya balik Hyun Jie dengan rasa kecewa.
            “Heheehhe. Jangan ngambek, dong! Ini memang untukmu.”, Sehun masih memiliki sifat jahilnya walau ia bersama seorang gadis yang ia sukai.
            “Jinshimiya?”, dengan cepat Hyun Jie berubah ekspresi dari cemberut menjadi senang.
            “Sini aku pakaikan!”, Sehun mengambil kalung yang digenggam Hyun Jie dan berniat memakaikannya. Hyun Jie yang terlampau senang langsung menyibakkan surai panjangnya ke depan dan tanpa ia tahu telah mengenai wajah Sehun. Sehun hanya bisa terdiam dan mematung sejenak akan aroma cokelat yang lewat di indra penciumannya. Ia berusaha untuk konsentrasi  memakaikan kalung di leher Hyun Jie dengan sesekali ia meneguk salivanya. Melihat hanya mereka berdua yang ada di ruangan perlengkapan dan koleksi senjata, menjadikan detak jantungnya berdegup dengan kencang.
            “Eottae?”, Hyun Jie bertanya penuh antusias.
            “Gulp! Uhm... yeppeoda!”, jawab Sehun dengan gugup.
            “Ah! Kau tahu? Kalung kita sama. Aku akan lebih mudah mengetahui keberadaanmu sekarang. Oleh karena itu, jangan pernah melepasnya, ok!”, lanjut Sehun dengan hati-hati.
            “Eh... ok!”, Hyun Jie menyetujui.
            “A-apa ini? Mengapa ada tanaman seperti itu?”, Hyun Jie tiba-tiba terkejut melihat dedaunan dan bunga-bunga meninggalkan inangnya terbang dengan formasi yang tak dapat mudah dimengerti kebanyakan orang.
            “Molla.”, jawab Sehun yang sama tak tahunya.
            “Chakkam, apa ini sebuah pesan? Siapa yang mengirimmu? Hyun Na ada di NTower? NTower.. NTower... Namsan Tower! Ya ‘kan?”, tanya Hyun Jie pada tanaman tersebut lalu menyimpulkan sendiri atas pesan yang disampaikan tanaman terebut.
            “Be-benarkah? Bagaimana bisa kau mengerti pesan yang disampaikan tanaman tersebut? Dan siapa yang dapat melakukan itu? Apakah ada orang lain yang memiliki kekuatan itu?”, Sehun bertanya dengan menatap heran Hyun Jie.
            “Mwoui? Mengapa kau begitu cemas? Bukankah ini pertanda baik? Ayo, cepat beri tahu yang lain!”, Hyun Jie dengan semangat menggandeng Sehun yang kebingungan ke ruang dimana kesembilan orang sedang berkumpul.

*****

            “Ehhehehem... perhatian semuanya! Ehm... tadi kami mendapat sebuah pesan dari tanaman entah itu spesies apa, bahwa Hyun Na ada di Namsan Tower. Uhm... jadi, bisakah kita berangkat sekarang?”, Hyun Jie mengatakan dengan penuh kehati-hatian takut-takut kalau mereka tak mempercayai ucapannya.
            Dan benar saja. “Tanaman? Siapa yang mengirim pesan tersebut? Memangnya siapa yang memiliki kekuatan flora? Atau telekinetik?”, Chanyeol-namja jangkung kedua dari mereka semua langsung menoleh ke Luhan dengan berapi-api mendengarkan ucapan Hyun Jie. Dan dibalas ketidaktahuan Luhan dengan bergidik ke Chanyeol.
            “Benar. Agen EXO belum ada yang bisa membuat pesan seperti itu. Jika Luhan bisa pun, ia sedari tadi ada di sini.”, Suho yang menjabat sebagai ketua EXO-K langsung angkat bicara. Setelah itu diwarnai rentetan obrolan dari mereka semua dan membuat suasana menjadi gaduh.
            “Oh, ayolah! Masa bodoh siapa yang mengirim pesan tersebut. Walau aku belum sepenuhnya percaya jika pesan itu dari twinnieku. Uhm... maksudku Hyun Na. Tapi entah mengapa aku yakin jika pesan itu memang benar adanya. Dan, kita harus ke sana sekarang! Ayo!”, ajak Hyun Jie sedikit memohon.
            “Hyun Jie, apa kau yakin? Aku tahu kau wanita, dan kau adalah twinnie dari Hyun Na walau aku juga tak bisa mempercayainya kalian menobatkan hal seperti itu. Dan, aku pun juga khawatir dengannya. Tapi jangan sampai perasaanmu terlalu meyakinkanmu akan suatu hal yang belum bisa diterima logika. Setidaknya, petunjuk itu bisa membawa kita ke arah yang benar agar bisa menjadi nyata.”, kali ini Tao yang berbicara sambil memastikan kebenaran dari ucapan Hyun Jie.
            “Hey! Setelah kupikir dan aku ingat lagi, bukankah sebelum dia diculik, dia mengatakan NTower. Aku ingat betul bagaimana ia mengucapkannya walau suaranya meredam bersamaan dengan perginya mereka. Kurasa itu sudah cukup meyakinkanku.”, Hyun Jie mencoba meyakinkan ucapannya.
            “Tidak. Dia memanggilku tadi.”, Tao mencoba meningat-ingat kejadian di sekolah tadi.
            “A a a a a. Tidak, Tao! Ya, namamu Tao ‘kan? Kau salah. Dia tidak mengucapkan namamu. Kau terlalu percaya diri. Kau bisa mengidap Narcissistic Personality Disorder nantinya. Percayalah padaku! Aku twinnienya dan aku sudah bersama dengannya selama hampir 7 tahun.”, ucap Hyun Jie dengan begitu yakin.
            “Kurasa aku bisa mempercayainya. Entah mengapa otakku terus mengatakan jika ia benar.”, namja dengan wajah yang seperti tak menyukai keseriusan itu akhirnya menunjukkan mimik serius yang tak biasa ia lakukan-Baekhyun.
            Setelah itu banyak kicauan yang parau. Dan akhirnya kini mereka berkicau dengan merdu, “I do, I do, I do believe in Hyun Jie, I do, I do, I do believe in Hyun Jie.”, begitulah paduan suara mereka dengan mengepalkan tangan kanan mereka di udara dan penuh semangat seperti pasukan Peter Pan yang percaya bahwa peri Tinker Bell masih hidup.
            “Ok, let’s go!”, Hyun Jie dengan lebih penuh semangat mengacungkan jari telunjuknya ke udara layaknya Jessica SNSD di MV Gee saat mengatakan ‘Ah ah let’s go!’.
            “Chakkamanyo! Kita tak bisa pergi bersama seperti ini. Kita harus atur strategi. Kau, Hyun Jie, tetap di sini bersama Sehun karena aku yakin jika mereka juga akan mengincarmu. Biar aku, Xiumin, Luhan, Lay, dan Tao yang pergi. Bila sesuatu terjadi, kalian tahu harus berbuat apa, araji?”, perintah Suho dengan tegas dan berwibawa lalu sambil mengelus gelang EXO yang sama seperti kesepuluh agen tersebut karena alih-alih jika Kai dan Chen masih menggunakan kalung yang umum mereka gunakan.
            “Ne!”, semua agen menanggapi disertai anggukan.

*****

            Hup!
            Buk!
            “Ah!”, Hyun Na yang masih dalam cengkraman Kai langsung jatuh terduduk.
            “Chakkam! Mengapa kita di sini? Bukankah kita akan ke markas beast? Apa kau yang mengubah navigasi ke Namsan Tower? Seumur-umur aku belum pernah mengalami kejadian seperti ini. Bagaimana hal ini bisa terjadi?”, Kai langsung marah seketika begitu sampai di lokasi yang tidak seharusnya mereka tuju.
            “Yah! Biar bagaimanapun aku ini tetaplah hyungmu. Huh, mengapa semua maknae tak ada yang paham tata krama, sih? Lagipula mana mungkin aku mengubah navigasinya?”, Chen terkesiap dan balik memarahi salah satu maknaenya tersebut.
            “Ne ne ne. Mian, hyung!”
            Blup!
            Buk!
            “Mengapa tak berhasil?”, dengus Kai kesal.
            Mereka terus mencoba tetapi mereka tak dapat berteleportasi. Portal Kai sepertinya mendadak menutup begitu mereka baru saja melangkahkan kakinya. Hyun Na yang berulang kali ikut bersama mereka akhirnya terbiasa untuk mendarat dengan tegap dan tidak jatuh terduduk lagi.
            “Kurasa gadis ini yang melakukannya.”, Chen menatap Hyun Na dengan penuh rasa ingin tahu.
            “Mwo?”, Kai terlonjak dan berbalik menatap Hyun Na.
            “Sedari tadi aku melihatnya seperti memantrai portalmu.”
            “Bagaimana bisa? Dia bahkan tak tahu apa-apa.”, Kai yang belum bisa mempercayai kata-kata hyungnya tersebut ikut mencari jawaban pada gadis tersebut. Hyun Na yang merasa dirinya ditatap seperti itu oleh dua lelaki di hadapannya kalut seketika. Tampak mimik di wajahnya bahwa ia ketakutan.
            “Jantung. Iya, jantung! Kristal pada jantungnya yang menuntunnya untuk membawa kita ke sini.”, Chen meyakinkan jawabannya pada Kai.
            “Lalu, apa yang harus kita lakukan?”, tanya Kai.
            “Suruh semua pasukan ke sini! Dan kita akan melakukan ritual tersebut di sini.”

>>> To Be Continued <<<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar