Rabu, 17 September 2014

Love, That Only Word (Chapter 1 / Prolog)



Tittle                : LOVE, THAT ONLY WORD
Chapter           : 1 “ Back at Time”
Length             : Chapter (PROLOG)
Author             : Jjangijong
Cast                 : Wu Yifan, Oh Se Hoon (Wu Sehun), Jeon Jungie (OC), Jeon Jungkook  
Other Cast       : Kim Hyun Jie, Kim Jong In, dll.
Rated              : T
Genre              : Family, Romance, Brothership, Angst.
Disclaimer       : cerita ini milik saya dengan segala ide gila yang melintas serta imajinasi yang liar. Para cast disini itu bukan punya saya kecuali Sehun sama Jungkook haha, becanda. Mereka milik kita bersama.
Warning          : OOC itu pasti, Typo itu ciri khas, Gaje itu permanen, cerita ini bikin mual, kalo gasuka ya mending gausah baca.

NŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸNŸN

NORMAL POV

           
            Kedua orang yang baru saja keluar dari Incheon International Airport South Korea itu menghela nafas berat. Sama-sama berharap untuk bisa segera sampai ke tempat tujuan. Yang paling kecil menggelengkan kepalanya cepat. Jetlag pikirnya. Sedangkan pria dewasa disebelahnya berkutat dengan Android nya.

“hey pak tua, apa masih lama ?” si pria paling muda bertanya.
“sebentar lagi bibi Kim datang” jawab pria disebelahnya tanpa menoleh.
“aku merindukan Jongin hyung” pemuda itu berucap lagi.
“modus” jawab pria dewasa -ayahnya- itu seraya tersenyum mengejek.
“diamlah pak tua, anakmu ini terkena Jetlag ! bisakah kau menyuruh bibi Kim untuk segera kemari ?” ucap anak itu sedikit kesal.
“baiklah Tuan Muda ...” jawab ayahnya sedikit menggoda. Beberapa saat kemudian, sebuah mobil sedan menghampiri sepasang ayah dan anak tersebut.
“kau lama sekali teman, Tuan Muda ku ini sangat cerewet” ucap pria itu pada pengemudi mobil yang baru saja keluar dari kursi kemudinya. Sedangkan pemuda disebelahnya hanya mendengus kesal. Begitulah ayah –pikirnya.
“maafkan aku Kriss, kau tau kan Suho melarangku mengemudikan mobil sendirian sejak kejadian tempo dulu ?” jawab sang pengemudi mobil.
“tentu saja Hyun Jie, dia pasti khawatir sekali” jawab pria dewasa –Kris.
“hey aku lelah” pemuda dibelakangnya berucap keras, membuat ayahnya dan pengemudi sedan tersebut menoleh kearahnya.
“tak ada pelukan untuk bibimu hm ? Wu Sehun ?” tanya wanita cantik tersebut. Pemuda bernama Sehun itu tersenyum kecut dan menghampiri yeoja yang sudah dianggap sebagai ibunya itu.
“bibi aku merindukanmu” kata Sehun seraya memeluk erat Kim Hyun Jie.
“bibi juga merindukanmu. Kajja, kita segera pulang” ajak Hyun Jie yang diikuti kedua pria tersebut masuk kedalam mobil.

            Wu Yi Fan atau sebut saja Kris, adalah seorang Single Parent berumur 37 tahun yang memiliki seorang anak laki-laki berusia 16 tahun bernama Wu Sehun. Ibu Sehun –Wu Jie Er, sudah meninggal satu jam setelah melahirkan Sehun. Saat itu usia Kriss masih 21 tahun dan harus berjuang sendiri membesarkan Sehun tanpa seorang istri. Dan Kim Hyun Jie, sahabatnya sedari SMP itu dengan sangat baik mau membantu membesarkan Sehun dengan memberikan ASI karna saat Sehun lahir, Hyun Jie juga memiliki seorang anak yang saat itu masih berusia 9 bulan.
            Hubungan ayah dan anak ini bisa disebut unik. Mereka tidak terlihat seperti seorang ayah dan anak melainkan sahabat. Dari bagaimana Sehun memanggil ayahnya, dan Kris yang memperlakukan Sehun secara berlebihan. Kris seorang anak pemilik perusahaan IT terkenal di Cina yang saat itu bersekolah di Korea Selatan sejak SMP. Pekerjaan Kris yang sekarang adalah sebagai seorang Direktur dari suatu perusahaan yang bergerak dibidang Media Massa. Berkat kerja keras nya lah ia bisa menjadi sukses seperti sekarang.

“Sehun, tidurlah dikamar Jongin. Dia sedang ada extra menari di sekolahnya dan mungkin pulang malam” kata Hyun Jie yang hanya dibalas anggukan Sehun yang langsung berlari kelantai dua menuju kamar Jongin.
“kemana Suho ?” tanya Kris.
“dia sedang dinas luar kota sampai besok lusa. Kau beristirahatlah dikamar tamu” jawab Hyun Jie.
“aku tidak lelah Hyun Jie” jawab Kris parau.
“mau kubuatkan sesuatu ?” tawar Hyun Jie.
“tidak usah” jawab Kris.
“tunggulah disini, aku akan segera kembali” balas Hyun Jie yang langsung pergi menuju dapur. Beberapa saat kemudian,
“minumlah, aku tau kau sedang memikirkan sesuatu” kata Hyun Jie.
“thanks, kau selalu tau kebiasaanku” balas Kris seraya meminum  Moccacino nya.
“hey, aku tidak mengenalmu hanya dalam waktu satu dua hari, Wu Yi Fan !” jawab Hyun Jie sedikit kesal. Kris tertawa pelan.
“aku tau” jawab Kris.
“bagaimana pekerjaanmu ?” tanya Kris megalihkan topik.
“tidak ada masalah Tuan Wu, semua baik-baik saja” jawab Hyun Jie datar.
“kau selalu bisa diandalkan, Hyun Jie”
“hey, kita ini sahabat !”
“aku pulang !!” teriak seorang anak laki-laki yang masih menggunakan seragam SMP nya.
“selamat datang, Kim Jongin” sambut Kris dari ruang tamu. Jongin membulatkan matanya tidak percaya.
“kalau Paman Kriss ada disini berarti .....” Jongin bukannya merespon, dia malah berkutat dengan pikirannya.
“Sehun ada dikamarmu dan kemarilah, bukankah ibu mengajarkanmu sopan santun ?” kata Hyun Jie datar namun pedas. Kris hanya terkekeh. Sedangkan Jongin menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal.
“tidak berubah” pikirnya terhadap sifat sahabatnya itu.
“annyeong paman Kris. Sejak kapan paman sampai ?” tanya Jongin setelah membungkuk pada Kris.
“sekitar 10 menit yang lalu” jawab Kris ramah.
“bukannya kau bilang akan pulang malam ? kenapa sudah pulang ?” tanya Hyun Jie pada anaknya itu.
“ibu ini bagaimana sih ? anaknya pulang cepat bukannya ibu senang malah bertanya seperti itu !” gerutu Jongin.
“justru ibu lebih senang kalau kau tidak pulang, Kim Jongin !” balas Hyun Jie. Kris mengangkat sebelah alisnya. Bingung dengan sikap kedua orang didepannya.
“kenapa gitu ?” sungut Jongin. Ibunya memutar bola matanya malas.
“karena kalau kau dirumah, pasti berisik dan ibu tidak bisa tidur. Apalagi ada Sehun dirumah, kau pasti akan semakin bertingkah dan mengganggu pamanmu” jawab Hyun Jie dengan wajah pokernya. Kris memperhatikan wajah sahabatnya itu. termenung. Anaknya, Sehun juga memiliki sifat seperti itu : ceplas-ceplos, berwajah poker saat bicara maupun diam, sangat mirip sahabatnya. Bahkan mediang istrinya tidak seperti itu. apakah dirinya yang memiliki sifat itu atau karna Hyun Jie yang menyusui Sehun selama 1 tahun itu membuat sifat buruk Hyun Jie menular pada anaknya ? oh pikiran yang bodoh, Yifan.
“ibu jahat !” dan Jongin pun ngambek dan segera berlari kekamarnya. Menemui Sehun dan mengganggu adik nya itu.
“apa ?” Hyun Jie bertanya ketus pada Kris yang masih setia menatapnya.
“aku hanya heran, darimana Jongin mendapatkan kulit Tan seperti itu ? bahkan kulitmu tidak senada dengannya, Suho pun tidak”
“Oh My Gackt Wu Yi Fan ! apakah itu penting ?” Hyun Jie mulai geram. Selalu masalah warna kulit Jongin, pikirnya
“tentu saja Hyun Jie. Siapapun tidak akan ada yang percaya kalau Jongin itu anakmu dan Suho kecuali aku dan Minseok”
“kau tau kan, Jongin sangat suka dengan matahari. Dan kurasa kulitnya itu sexy, Yi Fan !”
“jangan katakan kau mencintai Jongin ?”
“kau bodoh Kris, tentu saja aku mencintainya. Karena dia anakku, bukankah kau juga seperti itu pada Sehun ?”
“kau tau, aku masih belum bisa memiliki Sehun seutuhnya sebagai anakku”
“mau sampai kapan Kriss ? kurasa hubunganmu dengan Sehun semakin jauh. Dia semakin tumbuh Kris, dan aku takut dia terlalu dewasa untuk anak seumurannya ya meskipun aku tau kalau itu sifat keturunan dari ayahnya tapi ... ayolah Kris, aku bosan kalau ada dua “Kris” didunia ini. Cukup dirimu Kriss, jangan Sehun ...” Hyun Jie memohon membuat Kris tertawa renyah.
“kurasa sifat Sehun yang ceplas-ceplos itu darimu, Hyun Jie”
“setidaknya tidak tidak punya mulut brengsek seperti ayahnya” bela Hyun Jie.
“hey, kau munafik sekali Hyun Jie. Bukankah kita berdua itu sama ? ah tidak, kita bertiga itu sama ? kau, aku, dan Minseok ?”
“itu dulu Kris, sebelum aku bertemu Suho” jawab Hyun Jie melembut. Kris tersenyum. Sahabatnya telah banyak berubah. Kim Hyun Jie bukan remaja yang nakal ataupun tukang bolos lagi, bukan yeoja yang suka mengeluarkan kata-kata kasar meski sifatnya masih ceplas-ceplos, bukan yeoja yang memuja musik deathmetal lagi, bukan yeoja yang senewen seperti dirinya dulu. Bukan, Kim Hyun Jie telah menjadi seorang yeoja yang sangat baik. Masa lalu biarlah masa lalu. Tidak ada gunanya mengulang masa lalu kalau dimasa depan kita bisa lebih baik.
“aku ingat pertama kali kita berteman” kata Kris. Menerawang masa lalunya.
“tentu saja, kau pria asing yang saat itu tengah babak belur dan terkapar di dekat tempat pembuangan sampah belakang sekolah kan” sahut Hyun Jie. Kris tertawa dan Hyun Jie tersenyum kecut.
“dan aku terkejut bahwa kau yeoja tukang onar yang jadi legenda sekolah” sambung Kris.
“dan kau ingat Minseok ? si cupu yang ternyata penipu ? haha, covernya saja yang menipu, dalemannya busuk ! haha” Hyun Jie tertawa renyah mengingat salah satu sahabat mereka.
“dan kau ingat Hyun Na ? teman kembar –nama- tapi tidak mirip denganmu itu ?” lanjut Kris.
“tentu saja, bagaimana bisa aku melupakan sahabat ku itu hah ? dia menikah dengan Huang Zi Tao, si kung fu Panda kebanggaan sekolah rival kita dulu”
“benarkah ?” Kris terkejut.
“ya, ceritanya panjang dan unik” jawab Hyun Jie. Saat mereka sedang asik membicarakan masa lalu, terdengar teriakan dari kamar Jongin.
“Gyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa !!!! berhenti mengangguku hyung !!!!!” teriak Sehun dari kamar Jongin. Kris berdiri dari duduknya sedangkan Hyun Jie mengumpat kesal.
“sudah kubilang lebih baik anak itu tidak usah pulang sekalian !” umpat Hyun Jie dan berlari kekamar lantai dua milik anaknya diikuti Kriss dibelakangnya. Pria itu khawatir pada Sehun mengingat Jongin anak sahabatnya itu jahilnya luar biasa. Keturunan ibunya.
“Jongin, apa yang kau lakukan ?” tanya Hyun Jie datar saat membuka pintu kamar anaknya dan menemukan anaknya, Jongin sedang memegang sebuah lipstick ditangannya dan wajah Sehun yang penuh coretan lipstick.
“Pfftt-“ disaat anaknya di Bully seperti itu, Kris malah hampir tertawa kalau saja ia tidak mendapatkan tatapan menusuk dari anak semata wayangnya.
“tehehe-“ Jongin nyengir kuda melihat ibu dan pamannya sedangkan Sehun menggembungkan pipinya tanda bahwa ia marah. Bukankah dia sangat imut dengan caranya dia marah ?
“Jongin ...” Hyun Jie mencekik leher anaknya –tidak serius – tentu saja. membuat Sehun melongo dan Kris panik mengetahui Jongin berusaha bernafas dengan baik karena cekikan ibunya.
“Hyun Jie hentikan” lerai Kris. Lucu juga keluarga sahabatnya ini.
“ibu ini kenapa sih ? akan kulaporkan pada ayah !” ancam Jongin. Lagi, Hyun Jie memutar bola matanya malas.
“laporkan saja. kau bahkan sudah tau ayahmu akan menjawab apa” jawab Hyun Jie enteng. Jongin mengdengus kesal.
“kau tak apa hyung ?” tanya Sehun khawatir. Kris membantu Sehun membersihkan wajah dari coretan lipstick mahakarya Kim Jongin..
“maafkan hyung Sehunnie, hyung hanya merindukanmu. Hehe” jawab Jongin watados.
“tapi tidak harus menggangguku kan hyung” jawab Sehun datar.
“Hyun Jie, sepertinya Jetlag Sehun sudah hilang. Kami berdua harus pulang” pamit Kris.
“ini masih jam 5 sore Kris dan kau baru disini tidak ada 1 jam dan sekarang kau mau pulang ? apa-apaan kau ? Sehun pasti lelah !” omel Hyun Jie.
“tak apa, kami akan beristirahat dirumah saja. lagipula tidak ada Suho dan kurang sopan jika aku menginap dirumah istri orang”
“Kris ...” Hyun Jie menahan emosinya. Kris selalu membawa nama suaminya.
“benar kata ibu, Paman. Menginaplah saja”
“tidak mau, nanti hyung mengangguku lagi”
“hyung janji tidak akan melakukannya lagi”
“lagipula kalau tidak ada paman dan Sehun bisa-bisa besok aku sudah tidak bernyawa karena berada dengan nenek sihir ini”
“dia ibumu hyung !” bentak Sehun.
“dia nenek sihir Sehun !”
“sudah-sudah, Kris apa kau akan tetap pulang ?” pusing juga Hyun Jie dengan sifat anaknya itu.
“iya, besok kita bicara lagi di kantor sekalian kita kumpul dengan Minseok”
“kantor ? kau akan kerja besok ?”
“buat apa aku bersantai dirumah ?”
“lalu Sehun ?” tanya Hyun Jie.
“tenang saja bi, besok aku harus kerumah paman Kang untuk mengambil beberapa barang milikku”
“baiklah, kuantarkan kau pulang”
“tidak perlu Hyun Jie, kami naik taxi saja”
“tapi Kris-“
“ingatlah pesan Suho. Kau jangan mengendarai mobil sendirian. Aku tidak ingin ada 1 nyawa orang yang paling berharga dalam hidupku pergi lagi” ucap Kris sendu. Hyun Jie mengangguk mengerti sedangkan kedua remaja disana hanya diam tidak mengerti.
“kajja, Sehun” ajak Kris dan anaknya itu bangkit dari ranjang milik Kai. Memberi sebuah kecupan sayang pada pipi bibinya dan jitakan super dasyat untuk hyungnya.
“yak appo !!” jerit Jongin.
“itu karna hyung telah berani merusak wajahku !” jawab Sehun cuek lalu pergi. Hyun Jie dan Jongin mengantarkan keduanya sampai halaman rumah.
“hubungi aku saat kau sampai dirumah” kata Hyun Jie.
“baiklah, salamku untuk Suho hyung”
“baiklah, hati-hati dijalan”
“paman Kris, Sehunnie, sering-seringlah main kerumah !” teriak Jongin saat Kris dan Sehun hendak masuk kedalam Taxi.
“pasti hyung” jawab Sehun dari dalam.
“annyeong~” pamit Sehun dan Kris bersamaan. Setelah itu ...
“Kai, telpon ayahmu sana, bilang kalau paman Kris dan Sehun sudah pulang ke Korea lalu setelahnya kau harus mandi. Ibu sudah masak makanan kesukaanmu” perintah Hyun Jie pada Kai –nama akrab- anaknya.
“baiklah bu” jawab Jongin lalu berlari masuk kerumah.
“Jie Er, apa aku harus menjaga mereka berdua lagi ?” Hyun Jie menatap sendu langit yang mulai gelap.

            Esoknya ...

Kris’s POV

            Aku merindukan negara ini. Sangat merindukannya. Negara dimana aku menuntut ilmu dan yang paling penting, negara dimana aku bertemu mereka. Ya, Kim Hyun Jie dan Kim Minseok. Dua manusia unik yang memberiku banyak pengalaman hidup. Meski kami ini tergolong siswa ‘rusak’ saat disekolah, pemilik banyak catatan blacklist di buku laknat milik OSIS sekolah dulu dan pemecah rekor tertinggi dalam urusan kunjungan ke kantor kepala sekolah, kami masih menorehkan prestasi disekolah kami. Basket adalah hidupku. Yang membuatku bisa membanggakan sekolah. Kemampuan Taekwondo milik Minseok yang selalu menjadi juara di setiap perlombaan dan bakat Dance Hyun Jie yang luar biasa mengagumkan, dan aku tidak heran jika hal itu menurun ke anaknya, Kim Jong In.
            Aku merindukan momen kami bertiga. Momen saat kami kabur dari kelas masing-masing hanya untuk merokok atau sekedar minum melepas penat diatas atap pom bensin dekat sekolah. sungguh, Hyun Jie sangat ahli dalam urusan ‘melarikan diri’ dan Minseok ? Xiumin manis itu paling pintar menipu. Penampilan yang selalu terlihat nerdy dan terkesan kampungan, seperti kutu buku jika dilihat, ternyata penipu ulung di sekolah. sungguh aku belajar hal yang mengagumkan dari mereka.

“selamat pagi Tuan Yi Fan” sapa para karyawan di perusahaan tempatku bekerja.
“pagi” jawabku singkat dan melanjutkan perjalananku menuju ruang kerjaku.
“selamat pagi Tuan Yi Fan, ada yang bisa saya bantu ?” tanya seseorang dengan hormat. Menggelikan, aku langsung memukul bahunya keras.
“tentu saja, bisakah kau berhenti memanggilku seperti itu ? Xiumin ?” jawabku seraya terkekeh dan pria tampan yang lebih pendek dariku itu hanya tertawa renyah.
“kau adalah atasanku, mana mungkin aku bersikap senewen terhadapmu” jawabnya.
“aku lupa kalau aku adalah atasanmu karena pada saat tertentu kau sangat suka men-Slap kepalaku” jawbaku dan dia tertawa keras.
“setidaknya kau bertambah cerdas setelahnya kan ?” candanya.
“ne, Master Kim” jawabku dan dia langsung melemparku dengan ponslenya. Beruntung reflekku bagus dan kutangkap benda elektronik miliknya itu sebelum mengenai tepat di keningku.
“bisakah kita masuk ? keakraban kalian membuat iri karyawan yang lain” ajak seseorang yang tak lain adalah Hyun Jie.
“of course, Nyonya Kim” godaku dan Xiumin bersamaan. Lihat wajah Hyun Jie ! kenapa dia terlihat sendu seperti itu ?
“baiklah, ayo kita masuk” ajak Xiumin dan aku maupun Hyun Jie mengikuti langkahnya untuk masuk kedalam ruang kerjaku.
“bagaimana kehidupanmu di Canada ?” tanya Xiumin membuka obrolan pagi hari kami.
“biasa saja. karena Sehun menganggapnya biasa juga” jawabku.
“Sehun selalu menganggap biasa semua tempat” sahut Hyun Jie. Ah benar juga ...
“bagaimana kabar Sehun ? aku merindukan Thehunie kecilku” kata Xiumin dan aku hanya tersenyum.
“dia baik dan dia sudah besar sekarang. Kau tidak akan kuat menggendongnya” jawab Hyun Jie.
“kuyakin tingginya sepantaran denganmu sekarang” lanjutku.
“benarkah ?” tanyanya tak percaya.
“kau akan menyekolahkan Sehun dimana ?” tanya Hyun Jie.
“Leveiyuu Academy School” jawabku. Sekolah Internasional terbaik di Korea (author ngarang).
“sekolah bangsawan yaa” gumam kedua sahabatku.
“memangnya Jongin sekolah dimana ?” tanyaku.
“SOPA” jawab Hyun Jie singkat.
“ah sekolah seni ? jelas saja dia pasti mewarisi bakatmu dalam hal menari” balasku dan Hyun Jie hanya tersenyum. Cantiknya ...
“kau kapan akan menikah huh ?” tanyaku pada Xiumin dan dia hanya ber-smirk-ria.
“sampai dia bisa kugapai” jawabnya seraya memejamkan mata dan tersenyum menerawang.
“siapa ?” tanyaku penasaran.
“tidak perlu tau” jawabnya ketus. Aku hanya mendengus kesal.
“pelit !” ejekku.
“so ? is that a problem for you ?” balasnya sewot. Brengsek -________-
“is it not my style” jawabku tak kalah sewot.
“bisakah kalian berhenti ? aku haus” ujar Hyun Jie.
“kau ini ...” keluh Xiumin dan dia langsung menelpon salah satu OB perusahaan.
“aku haus setelah melihat pertengkaran bodoh kalian” jawabnya dan berlanjutlah obrolan kami ke arah yang lebih dewasa. Haha, aku bercanda.

End of Kriss’s POV

Sehun’s POV


Aku agak lupa kapan aku tinggal disini. Yang kutau aku lahir disini, menghabiskan masa TK disini juga lalu SD hingga tahun ke empat dan selanjutkan aku menghabiskan waktu belajarku di Jerman sebelum akhirnya kami berdua, aku dan pak tua menyebalkan itu pindah ke Canada. Aku baru saja kembali dari rumah paman Kang, pria paruh baya yang katanya teman kakek untuk mengambil beberapa barang-barangku yang sempat kutinggalkan. Tadi paman Kang sampai menangis begitu mengingatku. Katanya aku tumbuh menjadi sosok yang sangat tampan seperti pak Tua Yifan. Enak saja aku disama-samakan oleh orang tua menyebalkan itu. huh !

“hausnya” keluhku. Aku berjalan didaerah distrik pertokoan di kota Seoul ini sendirian. Karena aku akan tinggal dinegara ini lagi, jadi tidak ada salahnya aku berjalan-jalan untuk mengingat tempat.
“oh good. My life is there !” pekikku senang saat aku melihat kedai Bubble Tea diseberang jalan. Ketika hendak menyebrang, tiba-tiba ada yang menarik ujung mantelku. Aku menoleh dan mendapati seorang anak kecil memandangku dengan bibir manyun.
“ada apa ?” tanyaku mencoba ramah.
“apa hyung bisa membantuku menyebrang jalan ?” tanya anak itu. duh manisnya .. pikirku.
“kemana ibumu ?” tanyaku seraya menyamakan tinggi tubuhku dengannya.
“ibu sedang bekerja”
“lalu kau dengan siapa ?” tanyaku shock. Anak ini berkeliaran sendirian ditengah kota yang ramai seperti ? apa orang tuanya tidak khawatir dirinya diculik ?
“sendirian Hyung. Rumahku didekat sini” jawabnya.
“uhm baiklah, kau mau kemana ?” tanyaku.
“kesana” jawabnya seraya menunjuk kedai Bubble Tea yang menjadi tempat tujuanku.
“ne, kajja” ajakku seraya menggandeng tangannya.
“pagi Kookie. Tidak sekolah hum ?” tanya salah seorang pelayan saat kami tiba disana.
“annyeong Hyeo San noona. Aniya, Kookie libur. Choi-sajangnim sakit” jawabnya. Aku hanya tersenyum mendengarnya. Namanya siapa ? Kookie ? seperti cookies choco
“ada yang bisa saya bantu ?” tanya pelayan yang dipanggil anak kecil dengan nama Hyeo San tersebut.
“aku pesan 2 cup bubble tea rasa coklat untuk dibawa pulang” jawbaku.
“kookie mau rasa green tea. Untuk ibu rasa vanilla” jawabnya.
“baiklah, tunggu sebentar ya” jawab pelayan itu.
“ini pesanan anda tuan, dan Kookie, ini milikmu. Sampaikan salam noona untuk ibumu ne ? oh ya ngomong-ngomong ini siapa Kookie ? apa dia hyungmu ? wajahnya mirip sekali dengan ibumu”
“ah ? aniya ... kami baru bertemu di penyebrangan jalan tadi” jawabku dan pelayan itu mengangguk.
“maaf tuan, bisa anda mengantarkan Kookie untuk menyebrang ? rumahnya tidak jauh dari perempatan kota. Saya takut dia akan terjatuh saat menyebrang nanti”
“tentu saja noona” jawabku setelah membayar pesananku. ngoong-ngomong anak kecil itu membawa uang sendiri dan dia menolak untuk kutraktir.
“baiklah. Terima kasih. Silahkan datang lagi”
“gomawo. Kami permisi” pamitku.
“annyeong Hyeo San noona” anak kecil dengan nama panggilan Kookie disebelahku ini melambaikan tangannya.
“baiklah, kau hati-hati saat pulang ne” ujarku setelah membantunya menyebrang.
“ne, hyung juga. Hyung baik. Kookie suka sama hyung”
“nama ku Sehun. Baiklah hyung pergi dulu ne”
“annyeong Sehun-hyung ^^/”
“ne, annyeong ...” balasku lalu kembali menyebrang dan berjalan menuju apartemen ayah.










































Tidak ada komentar:

Posting Komentar