Minggu, 23 Februari 2014

The Spy Next Door (Chapter 4)



Title                 : The Spy Next Door
Title chapter    : Resolution
Author             : Kim Hyun Na a.k.a Fidya Amelia
Main cast         : Huang Zi Tao, Kim Hyun Na, Kim Jongin, EXO Member, Kim Hyun Jie
Genre              : Action, Friendship, Romance, Fantasy
Length             : Chaptered
Disclaimer       : famelia28.blogspot.com

Kai POV
            “Ani. Aku hanya ingin memastikanmu sampai kau masuk ke dalam rumah. Lalu aku akan pulang.”, kuberikan semyum meyakinkannya
            “Yah! Ne. Arasso! Aku duluan ne?”, dan dilambaikan tangannya padaku serta ia balas senyumku. Dan dia masuk ke dalam rumah.

*****

“Jadi, ini rumahmu? Lihat saja! Kau tak akan bisa merebutnya dariku.”, evil smile lagi terukir di bibir penuhku.

Chapter 4

            Cling!
            Apa aku tak salah kamar? Banyak sekali boneka disini. Hyun Na tidak sedang membohongiku ‘kan? Ada panda. Ada serigala. Sepertinya benar. Ya, ini benar-benar Tao. Kapan kau tumbuh dewasa jika kau masih menyimpan boneka? Ckck.
            Sekarang, dimana kau menyembunyikan file itu? Laptop, iPod, iPhone, dimana lagi? Ku obrak-abrik kamarnya. Mencari di setiap detil barang-barang yang ia miliki. Belum juga kutemukan. Dimana kau?
            Ceklek!
            Tiba-tiba ada seseorang yang akan memasuki kamar itu. Aku terkejut tapi aku tak ingin berteleportasi. Aku ingin tahu dimana ia menyembunyikan file tersebut. Kulihat Tao membuka pintu. Dan aku masih bersembunyi di balik pintunya. Kurasa ia menyadari kehadiranku.
            Kuperhatikan setiap gerak-geriknya. Ia mengendus dan mencium keberadaanku. Tepat sasaran. Ia melihatku. Aku keluar dari persembunyian dan menampakkan wujudku tanpa ragu.
            “Jongin! Apa yang kau lakukan disini?”, tanyanya dengan sigap.
           
            “Aku hanya tak ingin berbasa-basi. Cepat kemarikan file itu!”, bentakku padanya.
            “File?”, ia pura-pura bodoh atau bagaimana?
            “Tak perlu kau berpura-pura. Cepat berikan file itu padaku?”, pintaku paksa.
            “Yah, aku benar-benar tak tahu apa maksudmu.”, ia masih tak mau mengakuinya.
            “Baiklah jika kau tak ingin memberitahukannya padaku. Bagaimana jika kubuat kau mengakuinya. Hyaa!”, kupukul perutnya sampai ia tersungkur di lantai.
            “Jadi, dimana kau sembunyikan file itu?”, bentakku lagi.
            “Oh, masih kuat rupanya. Kau ingin bangkit lagi? Belum puas dengan pukulanku? Kau ingin lagi, huh?”, tambahku.
            Ia memberdirikan badannya dan memegang perut bekas pukulanku. “Mengapa kau lakukan ini?”, tanyanya masih kesakitan.
            “Sudah kubilang, aku mau file itu!”
            “Aku bahkan tak tahu file apa yang kau maksud.”
            “Kau masih bersikeras tak mau memberikannya padaku. Ne, rasakan ini!”, kuserang dia. Dan dia ternyata masih tanggap. Ia tangkas pukulanku. Dan, “Ah!”.
            “Aku tak ingin melakukan ini padamu. Tolong hentikan!”, katanya sambil memeluntir tanganku ke balik tubuhku.
            “Tidak sebelum kau berikan file itu.”, kulepas pegangannya yang mulai merenggang dengan cepat dan kubalas dia. Kuberi dia tendangan bebasku yang mengarah padanya dan tepat pada titik tengah tubuhnya hingga ia tersungkur dan menjebol pintu kamar luar menuju balkon atap rumahnya.
            Bruaakkk!
Hyun Na POV
            “Hyun Na, ambil jemuran yang sudah kering!”, teriak eomma terdengar dari kamarku yang membuatku langsung terbangun akan lamunanku tentang apa yang terjadi barusan bersama twinnie.
            “Ne, eomma.”, balasku lemas dan aku langsung beranjak dari kasurku menuju loteng.
            Bruaakkk!
            “Tao!”, kulihat diseberang rumah, Tao tersungkur menembus pintunya.
            “Hyun Na!”, ia melihatku. Ia baru saja menembus pintu itu dan ia masih bisa membalas panggilanku. Aku hanya bisa melongo.
            Ia berlari menyeberangi atap dan langsung membekapku. Ia menyiaratkan padaku untuk diam. Ia menyeretku kembali ke dalam rumahku. Kami bersembunyi di balik ruangan jemuran rumahku. Aku hanya bisa menurutinya karena bekapannya terlalu kuat untuk kulepaskan hingga membuatku menahan napas karena bekapan tangannya yang besar menutupi lubang hidungku. Aku memegangi bekapan tangannya dengan tujuan untuk melepas tangannya. Ia tak memperhatikanku. Matanya terfokus pada seseorang yang membuatnya tersungkur seperti itu.
            Terdengar suara degap langkah kaki yang mengikuti dan menemukan kami. Masih dalam bekapannya. Jantungku serasa berpacu untuk berdetak lebih kencang. Tapi hal ini rasanya berbeda. Tak sesakit saat di Lotte. Rasa apa ini? Suara degap langkah kaki itu rupanya membuyarkan detak jantungku yang membara dalam bekapan Tao. Dan orang itu adalah orang yang kami kenal. Tao melepas bekapannya. Orang yang mengikuti Tao sampai rumahku melihat keberadaanku disamping Tao. Aku terkejut dengan orang tersebut.
            “Kai!”, panggilku memastikan bahwa ia benar Kai-Kim Jongin teman sekelasku.
            “Hyun Na.”, balasnya sinis meyakinkanku bahwa itu benar Kai teman kami.
            “Ada apa ini?”, tanyaku ingin tahu mengapa mereka berdua bisa ada di atap rumah kami.
            “Tidak ada apa-apa. Hanya masalah lelaki.”, jawab Tao menyelat.
            “Heh, kau menyukai gadis ini? Itu sebabnya kau tak pernah fokus pada misi yang harus diselesaikan.”, eits, apa yang kau lakukan? Sempat Kai akan mencolek daguku dan dengan sigap Tao menjauhkan tangan Kai hingga tak sempat menyentuhku.
            “Itu bukan urusanmu.”, jawab Tao tegas.
            “Wah, anak panda sudah besar! Dia sudah tumbuh dewasa sekarang. Dan mengenal cinta.”, Kai menghadapkan wajahnya padaku dan membuatku memundurkan wajahku ke belakang. Ada apa ini sebenarnya?
           “Jangan ganggu dia! Dia bukan sandinganmu. Urusanmu adalah denganku.”, Tao tampak berbeda. Wow!
            Setelah perkataan yang membuatku terkesima dengan Tao. Tao melemparkan pukulannya tepat di wajah Kai. Kai tak mau kalah. Ia membalas pukulan Tao. Mereka berdua babak belur.
            Tuk!
            Aku tak dapat menggerakkan tubuhku. Sebelumnya kulihat Tao menjentikkan jarinya di udara dan tiba-tiba aku langsung mematung. Mataku masih dapat melihat mereka berkelahi di atas atap. Dimana semua orang? Tolong hentikan mereka! Siapapun itu. Badanku masih kaku. Aku membeku seketika. Ada apa denganku? Mengapa bisa begini? Lalu siapa yang akan melerai mereka? Aku hanya bisa menonton dan mendengarkan pergulatan seru mereka di atap rumahku dan Tao. Aku berusaha melepas ikatan pada tubuhku yang membelit terlalu kuat untuk kulepaskan. Ingin kulerai mereka. Aku tak kuasa melihat mereka mulai kehabisan energi. Hey, mereka teman sekolahku! Jangan sampai mereka lecet sedikitpun karena babak belur. Bagaimana besok di sekolah bila mereka seperti ini?
            “Hah ha ha ah... dimana kemampuan bela diri yang kau unggulkan itu?”, pancing Kai pada Tao dengan napasnya terengah-engah.
            “Kau akan menyesal bila kugunakan bela diriku padamu. Kau masih bersekolah di sekolah yang sama denganku. Dan aku tak mau melayangkan semua jurusku kepadamu.”, ungkap Tao menegaskan.
            “Tidak. Kau tak perlu malu menunjukkannya padaku. Aku bisa cepat mempelajari semua gerakanmu. Dan kau itu...”, Kai memutar jempolnya ke arah bawah. Dan mereka terus berkelahi. Apa sih yang mereka ributkan? Hanya indra penglihatan dan pendengaranku sajalah yang bekerja saat itu. Dimana pita suara saat dibutuhkan?
            “Aku benar-benar tak mengerti padamu.”, ucap Tao.
            Dari langit, ada burung yang sedang terbang ke arah kami. Semakin mendekat semakin besar. Burung apa itu? Ah? Bukan burung. Hewan tersebut menunggang seseorang di atas punggungnya. Lalu hewan tersebut sampai di atap dan kibasan sayapnya yang besar menerbangkan pasir dan kerikil kecil yang menempel di atap rumah dan membuat mataku kelilipan. Aku berusaha mengedip-kedipkan mataku untuk mengeluarkan debu yang mengganjal di bola mataku.
            Hewan itu seperti dalam dongeng. Hewan tersebut dapat menyemburkan api. Hewan itu adalah naga. Naga yang melayang di atap rumah kami tak mendaratkan tubuh besarnya di atap. Sepertinya ia tahu bahwa atap kami tak dapat menopang tubuh besarnya. Lalu dari balik punggungnya terlihat seseorang mengeluarkan sayapnya dari balik punggungnya dan terbang mendekati Tao dan Kai. Ia menjejakkan kakinya di atap dan sayap tersebut masuk lagi bersembunyi di balik punggungnya dan tak tampak sayap itu menempel lagi di punggungnya.
            Langkah pertama jejakkannya menghentikan perkelahian antara Tao dan Kai. Mereka berdua terkejut. Begitupun denganku yang hanya bisa menyaksikan dari atap rumahku. Kai yang terlihat tampak terkejut ketakutan akan sosok manusia bersayap tersebut. Malaikat kah ia? Naga itu terbang entah kemana meninggalkan majikannya.
            “Urusan kita belum selesai. Aku akan kembali lagi. Tunggu pembalasanku!”, ancam Kai pada mereka berdua.
            Cling! Zlapp!
            Kai menghilang begitu saja. Kemana dia?
            Tuk!
            Aku dapat menggerakkan dan memfungsikan tubuhku lagi sekarang. Aku langsung menghampiri Tao tanpa takut pada manusia bersayap yang melihatku menghampiri Tao. Lagipula manusia bersayap tersebut tidak menunjukkan kegarangannya padaku. Aku langsung mewawancarai Tao. Menanyakan banyak hal.
            “Tao, ada apa tadi?”, tanyaku ingin tahu.
            “Oh, jadi ini. Karena ini alasanmu semangat bersekolah. Hehem...”, manusia bersayap itu menginterogasiku. Ia tertawa kecil pada kami.
            “Mwo? Ani.”, jawab Tao mengelak.
            “Gwaenchanayo?”, tanyaku pada Tao tak tega melihat semua luka yang didapatinya.
            “Ne. Nan gwaenchana.”, jawabnya. Dan kulihat manusia yang melihat kami masih tertawa geli melihat kami. Ada apa? Apanya yang lucu?
            “Ngomong-ngomong, kau siapa?”, tanyaku memberanikan diriku untuk mengetahui siapa namja yang sedari tadi menertawai kami.
            “Ah, ne. Perkenalkan ini Kris. Kris, ini Hyun Na.”, Tao memperkenalkan kami. Dan kami saling menyapa.
          “Tao, sebenarnya ada apa ini? Dan kau, kau terbang dan menunggangi naga. Juga Kai, dia hilang kemana? Lalu mengapa aku bisa mematung tadi?” tanyaku ingin lebih rinci.
            Kris mengarahkan kepalanya ke dalam kamar Tao. Menyuruh Tao untuk masuk ke kamar. Kris melihat sekitar. Dan mengisyaratkan lagi pada Tao untuk segera ke kamar.
            “Masuklah, dulu! Nanti kujelaskan.”, perintah Tao padaku dan aku menurutinya.
            “Darimana aku harus memulainya? Ini hal yang rumit. Dan kau, tolong jangan katakan pada siapapun! Chebal!”, aku mendengarkannya dengan seksama menunggu penjelasan darinya tiba-tiba setelah ia bercakap seperti itu, ia mengeluarkan jurus buing-buingnya padaku. Mwo? Kau habis bertengkar hebat dan itu jantan sekali. Sekarang mengapa kau kembali seperti itu?
            “Ne. Aku janji.”, aku meyakinkannya dengan mengangkat jari kelingkingku ke udara.
            “Kami adalah mata-mata.”, tanpa basa-basi, Kris melontarkan jawaban tersebut yang sontak membuatku terkejut. Mataku membelalak tak percaya. Aku sedang tidak bermimpi ‘kan?
            “Hyung!”, Tao tampak bingung.
            “Kami dari EXO agency.”, memang ada?
            “Kai juga agent EXO. Tapi mendadak dia berkhianat.”, aku berusaha menelan air liurku agar tak tumpah karena mulutku yang menganga semakin melebar tak percaya.
            “Sudah, hyung! Jangan lagi!”, Tao menghentikan hyungnya yang terus menjelaskan padaku. Aku harus sadar bahwa aku bukan siapa-siapa walau aku penasaran ingin tahu kelanjutannya.
            “Dan tadi kulihat.. ehm...”, aku sambil mengisyaratkan tanganku menunjukkan arah punggungku padanya.
            “Oh, kami juga memiliki kekuatan super. Semua agent EXO memilikinya. Aku bisa terbang. Tao dapat mengontrol waktu. Kai bisa menghilang karena ia dapat berteleportasi.”
            “Mengontrol waktu? Tunggu! Sepertinya aku tak asing. Jadi, selama ini kau? Kau yang menghentikan waktu? Kau membuatku ketinggalan bus. Kau membuatku mematung. Dan semua anak beku terkesima dengan kedatanganmu dan setiap kau menunjukkan keahlianmu di hadapan kami semua. Sombong sekali dirimu!”, ingatku membongkar semuanya.
            “Hehe.”, jawaban apa itu?
            Setelah itu, kami terdiam. Tao membersihkan lukanya sendiri. Ia tak ingin melibatkanku mengobati lukanya. Aku hanya dapat meringis melihatnya mengobati lukanya. Kris berkeliling mengamati setiap barang yang dimiliki Tao di kamarnya. Banyak sekali boneka di kamarnya. Seperti cewek saja. Memang bonekanya masih terbilang wajar. Ada banyak boneka panda mulai ukuran kecil sampai seukuran tubuh manusia dewasa yang kutahu itu sebagai identitasnya. Dan ada satu boneka serigala. Dan karena satu-satunya itu membuat Kris menaruh perhatian pada boneka serigala tersebut.
            “Wow! Benar-benar kau jaga dengan baik, baby.”, ia terkagum-kagum pada boneka tersebut.
            “Baby?”, aku menanyakan kembali maksudnya.
            “Haha.”, sekarang kulihat Tao tertawa.
            “Ne. Baby adalah nama serigala ini.”, jelas Kris.
            “Mwo?”, tanyaku ingin dijelaskan lagi.
            “Aku juga punya seperti ini. Namanya Eurung. Kami menemukannya ehm... tepatnya membelinya bersama di kampung Cina.”, jelasnya lagi.
            “Bagaimana kabar Eurung mu? Apa kau masih menendangnya tiap sampai di dorm?”, tanya Tao pada Kris.
            “Hehe. Kau benar-benar.”, Kris cengengesan.
            “Lalu, Baby yeojachingu itu siapa?”, celetukku.
           “Yeojachingu? Kau sudah punya pacar? Mengapa tidak bilang-bilang? Lalu dia ini siapa? Simpananmu?”, celetuk Kris.
            “Mwo?”, aku dan Tao bersamaan menanggapi.
            “Wush! Kalian bisa kompak begitu.”, tanggap Kris.
            “Andwae!”, jawab kami lagi bersamaan.
            “Wo hohoho.”, Kris menggelengkan kepalanya.
            Kuputuskan untuk diam menunggu penjelasan dari Tao.
           “Aku belum punya pacar, hyung. Dan untukmu Hyun Na, baby yang kau maksud itu bukan pacarku tapi anjing ini. Maksudnya boneka serigala ini.”, ia menjelaskan dengan kepalanya agak tertunduk seperti malu.
            “Jadi, kau berbohong padaku?”, tanyaku.
          “Tidak. Aku tidak pernah membohongimu. Kalau tidak percaya, aku bisa memutar ulang setiap perkataanku padamu.”, jawabnya.
            “Bagaimana kau dapat menghapal semuanya? Setiap kata.”, tanyaku balik.
           “Bukan kuhapal. Bukankah aku dapat mengontrol waktu? Aku dapat kembali ke masa lalu dan melihat masa depan. Tapi itu akan menghabiskan energiku. Jadi, kekuatan lebih baik digunakan bila memang perlu. Terlebih lagi ada undang-undangnya juga dalam menggunakan kekuatan. Makanya harus hati-hati agar tak terlewat batas. Melintasi waktu itu sangatlah berbahaya bila benar-benar tak dibutuhkan.”, jelasnya panjang lebar.
        “Hyun Na, jemurannya sudah selesai?”, terdengar suara eomma memanggil sampai di kamar Tao. Jadi selama ini eomma berteriak sekeras itu hingga terdengar di kamar Tao? Eomma, kau membuatku malu!
         “Kurasa kau harus pulang. Eomma mu sudah memanggil. Sampai bertemu besok di sekolah!”, dengan nada seperti ingin memngusirku.
          “Ne. Aku harus pulang. Kau sudah tidak apa-apa ‘kan?”, tanyaku khawatir sebelum pulang saat sekilas melihat luka memar yang didapat oleh Tao.
        Ia hanya membalas dengan anggukan dan, “Ehem!”. Kris yang melihat kami langsung berdehem dan membuatku langsung menoleh padanya dan ingat bahwa ada makhluk lain di ruangan ini. Akhirnya kusapa ia untuk berpamitan. Ia seperti alien yang datang dari luar angkasa. Persis seperti postur dan raut wajahnya yang dingin seperti makhluk asing.

*****

Tao POV
            Setelah Hyun Na kembali ke rumahnya dengan melintasi atap...
            “Hyung, ada apa sebenarnya ini?”, tanyaku menggebu ingin tahu.
            “Kai meminta file yang telah kau unduh.”, jawabnya singkat.
            “File apa? Aku bahkan belum membuka komputerku sama sekali.”, jelasku.
            “Aku juga tidak tahu. Apa mungkin dia salah alamat?”, celetuknya datar.
            “Mwo? Hyung, kau tidak apa-apa ‘kan?”, tanyaku.
            “Ne. Nan gwaenchana.”, jawabnya tak terima yang membuatku berpikir sepertinya ada yang disembunyikan dariku.
      “Sebenarnya, sebelumnya ia menyerang markas. Bukan menyerang sih lebih tepatnya mengobrak-abrik dorm kita.”, akhirnya terlontar jawaban yang kutunggu,
       “Sudah. Jangan kau jadikan ini beban. Biar hyungdeul-mu yang mengurus semua ini. Kupastikan ia tak kembali kepadamu. Kau harus melanjutkan sekolahmu ‘kan?”, terangnya menyudahi percakapan.
         Sebenarnya ada apa? Memangnya ada apa dengan file itu? Sepertinya sangat berharga bagi Kai. Dan mengapa aku baru tahu jika Kai adalah anggota kami? Pantas saja aku seperti mengenalnya sebelum insiden barusan. Apa yang harus kulakukan sekarang? Apa mungkin besok di sekolah ia akan membalaskan dendam seperti yang ia ancamkan tadi? Apa rencananya setelah ini? Aku berpikir terlalu keras dan lagi aku telah lelah setelah bertarung dengan Kai hingga membuatku tertidur pulas. Dan Kris hyung telah kembali ke dorm dengan dijemput oleh naganya.
            Keesokannya...
        Aku masih berangkat bersama Hyun Na. Hari ini sengaja aku mengulur waktu agar kami sampai di sekolah tepat saat bel masuk berbunyi. Kupikir itu hal bagus untuk mengantisipasi hal-hal yang seharusnya tak perlu terjadi. Dan benar. Saat bel masuk berdering, kami baru sampai. Aku bahkan tak mempedulikan Hyun Na yang terburu-buru masuk kelas. Aku justru berjalan dengan santainya. Aku merasakan suatu hal yang akan terjadi. Seongsaengnim sudah berada di kelas rupanya. Dari pintu kelas, Kai menyambutku dengan tatapan mematikan. Aku berusaha membaca pikirannya. Apa yang akan dilakukannya?
         Tak terasa bel sudah berdering lagi­­ tanda waktu istirahat. Aku berniat untuk tidak meninggalkan bangkuku. Fokusku sekarang hanya tertuju pada sosok agen yang tiba-tiba berubah. Aku masih memikirkan apa yang diincarnya. Dan terlebih untuk apa ia lakukan itu semua. Dari semua data, ia bahkan tak memiliki status kejahatan apapun. Lalu mengapa sekarang begini? Dan Chen, mengapa tak ada data yang menerangkan bahwa ia pernah dijebloskan di penjara trainee? Aku ingat dengan jelas bahwa Chen pernah mencuri sebuah formula dari SMTOWN. Tapi apa untungnya untuknya? Kurasa ada yang mempengaruhi kedua agen ini sampai akhirnya mereka menjadi seperti ini. Tapi siapa yang melakukannya?
           Hyun Na yang awalnya masih duduk tenang di sebelahku, kini sudah digandeng oleh Kai. Aku belum mempedulikan Hyun Na hingga akhirnya kulihat Kai menorehkan kepalanya padaku dengan tatapan yang membuatku sontak terkejut dan langsung aku beranjak dari kursiku lalu berlari mengejarnya. Belum sampai aku mengejar Kai, ada yang menghalangiku. Aku berusaha untuk lari lagi tapi ada seseorang yang membuatku tak ingin berlari.
            “Tao!”, sapa Baekhyun menghalangiku.
            “Mwo?”, aku membalasnya kesal.
            “Kami semua sudah tahu. Tentang Kai dan Chen. Mereka sedang dirasuki beast.”, jelas Suho.
       “Mwo? Bagaiman kalian bisa mengatakan hal seperti itu? Dan mengapa kalian mengenal Chen?”, tanyaku heran.
          “Kau ini bagaimana. Jangan mentang-mentang kau salah satu maknae dan bersifat pendiam lalu kau tak tahu siapa saja anggotamu.”, terang D.O. dengan matanya membelalak.
            “Ne. Aku saja tahu, Tao.”, sekarang giliran Sehun yang berbicara.
            “Aku sudah membaca pikiran Kai. Dan yang kulihat dari Kai adalah kau sudah mengunduh file tersebut makanya ia mengejarmu.”, Luhan pun tak ingin ketinggalan unjuk keahliannya.
          “Mwoya? Mengapa semua orang mengira aku benar-benar mengunduhnya. Bahkan file XOXO pun aku tak tahu itu apa.”, kesalku pada semua lelaki yang berdiri menghalangiku mengejar Kai.
          “Kau tahu, file tersebut seharusnya untuk kita berduabelas dalam proyek SMTown Concert. File tersebut adalah formula untuk kekuatan kita. Jika jatuh di tangan yang salah, kekuatan kita bisa hilang dan kita akan kehilangan semua orang yang kita cintai.”, Baekhyun menjelaskan.
          “Mwo? Hyun Na!”, aku terkejut mendengar semua penjelasan Baekhyun dan satu yang kuingat dalam benakku saat ini. Bagaimana kabar Hyun Na?
            “Nugu?”, tanya D.O.
            “Jika kalian peduli seharusnya kalian tak menghalangiku tadi. Aku tadi sedang mengejar Kai yang menggandeng Hyun Na. Sekarang dimana mereka? Luhan, kau ini bodoh atau apa? Kau bisa baca pikiran orang tapi mengapa menghalangiku mengejar Kai.”, omelku pada kelima pria tersebut.
            “Hehe... aku baru saja menangkap pikiranmu karena aku terlalu fokus pada Kai.”, jawabnya meringis.
            Kukejar lagi untuk mencari Kai dan Hyun Na. Baru beberapa meter, mereka sudah kembali. Mereka tampak ceria. Seperti tak ada yang dapat dikhawatirkan dari mereka berdua. Bahkan mereka tertawa ria. Aku masih berdiri melihat mereka melaluiku. Dan Kai tersenyum evil kepadaku. Ingin kukejar lagi tapi sepertinya lebih baik untuk menunggu saat yang tepat. Aku memutuskan untuk pergi ke toilet karena ada panggilan alam.
            Seusainya...
        “Tao, cepat berikan file itu! Atau kau akan tahu akibatnya pada kekasihmu ini!”, teriak seseorang dengan sangat lantangnya dari lapangan sekolah hingga terdengar sampai lantai tiga sekolah tersebut.
Begitu mendengar hal tersebut, mencari sumber suara adalah hal yang tepat. Bukan Kai yang berteriak. Tapi kulihat Kai membekap Hyun Na di lapangan sekolah. Kai tak sendirian. Ia ditemani oleh Chen. Berarti yang berteriak tersebut adalah Chen. Dengan sigap, aku langsung melesat menuruni anak tangga dengan freestyle untuk mempercepat waktu. Dari kejadian ini, tak satupun makhluk di sekolah yang tak melihat kami. Semua orang melihat kami.
Begitu sampai di halaman sekolah, Chen mengulurkan tangannya ke atas langit. Dan dari jari telunjuknya keluar percikan api yang memancar ke udara dan membuat suara menggelegar. Persis dengan lengkingan suaranya yang mampu menembus awan. Kilatan-kilatan. Sambaran-sambaran terkilat di udara. Dan setiap kilatan memancarkan gelombang suara menggelegar yang membuat cuaca seketika mendung. Hawa disekitar kami semakin dingin mencekam. Tampak lampu cahaya matahari terasa redup tertutup awan.
Jeduarr!
#NP : Muse-Supermassive Blackhole

>>> To Be Continued <<<

2 komentar:

  1. ehm... maaf untuk chapter 5 mohon menunggu. cari inspirasi jg ni author. hahha. huwaa hari ini terakhir audisi sm global di jakarta. aq kenapa masih di sidoarjo aja. kai jemput aq! jangan ngambek gara-gara aq jadiin antagonis d ni ff trus u g mau jemput aq. huhu TT_TT. tao! pause the time then pick me up!

    luhan : hey come here! come...come here!
    baekkie : fidya, calm down ggapsong! woongya woongya!
    sehun : yehet
    kris : chicken is not my style!

    BalasHapus
  2. penasaran gak nih ma lanjutannya? sama aq juga penasaran. pengen lah kelar lah buat yg baru lagi

    BalasHapus