Title :
The Spy Next Door
Title chapter : Heart
Author : Kim
Hyun Na a.k.a Fidya Amelia
Main cast : Huang
Zi Tao, Kim Hyun Na, Kim Jongin, EXO Member, Kim Hyun Jie
Genre : Action,
Friendship, Romance, Fantasy
Length :
Chaptered
Disclaimer : famelia28.blogspot.com
Begitu sampai di halaman sekolah, Chen mengulurkan tangannya ke atas
langit. Dan dari jari telunjuknya keluar percikan api yang memancar ke udara
dan membuat suara menggelegar. Persis dengan lengkingan suaranya yang mampu
menembus awan. Kilatan-kilatan. Sambaran-sambaran terkilat di udara. Dan setiap
kilatan memancarkan gelombang suara menggelegar yang membuat cuaca seketika
mendung. Hawa disekitar kami semakin dingin mencekam. Tampak lampu cahaya
matahari terasa redup tertutup awan.
Jeduarr!
#NP : Muse-Supermassive Blackhole
Chapter 5
TUK!
Yang
ada dihadapanku adalah Kai, Chen, Hyun Na dan seorang gadis lagi yang aku tak
tahu siapa dia. Mereka berada di tengah-tengah halaman sekolah. Mereka
memusatkan diri mereka. Menurut mereka itu menarik? Untuk apa kalian lakukan
itu? Kulihat lagi di deretan murid-murid yang sedang membeku dalam sihir
waktuku ada beberapa yang masih dapat menggerakkan tubuh mereka. Mereka tampak
tergesa-gesa menghampiri kami. Yaitu, anggota kami, ada Baekhyun, Luhan, Sehun,
Chanyeol, Suho, dan D.O. Ya, itu karena kami satu sekolah. Misi apa ini
sehingga membuat kami satu sekolah? Baik, jawabannya ada pada orang-orang yang
ada di tengah lapangan tersebut.
“Hyun
Jie!”, teriak Sehun yang terkejut begitu melihat ada dua gadis sedang dibekap
oleh Kai. Kurasa itu yang disebelah Hyun Na. Namanya hampir mirip. Tapi mereka
tak mirip sama sekali.
Sehun POV
“Hyun
Jie!”, aku membulatkan mataku lebar-lebar untuk melihat lagi dengan jelas. Ya,
itu Hyun Jie. Mengapa dia ikut terlibat?
Flashback
“Hyun
Jie!”, apa benar itu dia?
Kuhampiri
gadis yang menjadi pusat perhatianku melebihi motorku sendiri yang akan kuambil
dari parkiran. Kutinggalkan Luhan begitu saja demi gadis itu. Apa benar aku
bertemu dengannya lagi? Ini Lotte. Mengapa dia terlihat murung?
“Hyun
Jie!”, kupanggil beberapa kali tapi tak disahut juga. Gadis itu Hyun Jie, kan?
Apa aku salah lihat? Tidak! Kuat sekali tekadku hingga membuatku berlari
menghampirinya lebih cepat.
Tepat
di hadapannya, “Kim Hyun Jie!”. Aku memperjelas namanya. Yes, dia melihat ke
arahku.
Dengan
perlahan ia mendongak ke arahku. Mengamatiku dari ujung kaki hingga ujung
kepalaku. Aku menunggu responnya. Sesekali kuberi isyarat untuknya agar segera
mengenalku. Apa kau lupa? Lama sekali kau memandangiku. Aku agak sedikit
kecewa. Kuulangi lagi, “Kim Hyun Jie! Sudahkah kau mengingatku?”.
Ia
masih terdiam di hadapanku. Berpikir dengan polosnya. Lucunya! Aku ingat betul
kebiasaanmu yang ini. Ya, aku yakin kau adalah Kim Hyun Jie. Aku juga
memandangmu sekelebat untuk membuka memori yang semoga aku tak menghapus semuanya.
“Yehet!”,
sambil kuekspresikan gayaku dan semoga ia benar-benar mengingatku.
“Ehm...eh...neo!”,
ya, sepertinya ia mulai mengingatku. Tapi aku masih kecewa. Mengapa dia
melupakanku?
“Ne?
Nugu? Jangan katakan kau lupa denganku.”, jawabku menguji.
Telunjuknya
terangkat ke atas sambil lengannya maju mundur. “Ehm...mian! nuguya?”, tanyanya
polos.
“Mwo?
Kau benar-benar melupakanku?”, tanyaku agak meninggikan nadaku. Sudah ada
berapa pria bersamamu hingga kau melupakanku? Kali ini aku sangat kecewa padanya.
Pasti ia juga lupa akan janji kami waktu itu. Huft!
“Eh
hehe”, kulihat tawa kecilnya. Manis sekali!
“Mau
kuperkenalkan lagi siapa diriku?”, tanyaku dengan menahan kekecewaanku.
“Boleh”,
jawabnya watados.
“Perkenalkan,
nama saya Oh Sehun!”, sambil menjabat tangannya dan menahan rasa kecewaku
padanya.
“Saya
Kim Hyun Jie. Senang berkenalan dengan Anda!”, ia langsung membalas.
“Jadi,
kau sudah mengingatku?”, tanyaku.
“Belum”
“Mwo?”,
apa kau amnesia? Atau kau benar-benar menghapusku dari ingatanmu?
“Aw!
Ya, appo!”, ia langsung menjitakku. Ada apa denganmu?
“Tentu
saja aku ingat. Kaulah yang pergi meninggalkanku secara tiba-tiba saat kita
masih ada di pulau Jeju. Saat masih berumur 10 tahun, kau pernah membelikanku
cokelat kit kat dan yakult lalu kau dipanggil Eomma mu dan katanya kau akan
pindah rumah. Begitu aku ke rumahmu, kau sudah pergi tanpa mengucapkan apapun
dan menitipkan apapun.”, jelasnya. Dia benar-benar mengingatku.
“Apa
kau menangis?”
“Untuk
apa aku menangisimu? Kurang kerjaan.”, jawabnya agak ragu.
“Saat
itu? Atau mungkin sekarangpun kau ingin menangis setelah menceritakan hal itu
padaku?”, tanyaku intens.
“Yah!
Tentu tidak. Kau tak tahu betapa kuatnya seorang Hyun Jie?”, jawabnya tegar.
“Oh,
jadi yang ada di hadapanku sekarang adalah wanita perkasa? Wonder woman!”,
godaku padanya.
“Yah,
Oh Sehun ah!”, sambil memukulku.
“Aw
aw aw! Sini sini! Aku tahu kau merindukanku sampai kau tak bisa membendung air
matamu. Sekarang aku sudah di sini. Kau bisa melampiaskan semuanya. Aku sudah tak
membuatmu dehidrasi air mata lagi. Dan maafkan aku!”, aku memeluknya dan ia
menangis sejadi-jadinya.
Saat
aku meninggalkannya dulu, aku menyumbat saluran air matanya. Maaf jika saat kau
ingin menangis tapi air matamu tak bisa keluar bahkan setetespun. Itu karena
aku mengeringkannya. Aku tak ingin kau menangis saat aku tak ada disisimu. Maaf
jika membuatmu terlalu lama menunggu dan membuatmu tersiksa karena tidak bisa
menangis. Dan sekarang kita berjumpa lagi. Semoga kita tidak berpisah lagi.
“Sehun!”,
seseorang mengagetkanku dan Hyun Jie mulai melepaskan pelukannya juga menyeka
air matanya.
“Yah,
hyung! Kenapa kau mengganggu kami?” *Usir tampan! Hush...hush sana!, aku
mengarahkan mataku dan telapak tanganku untuk mengusirnya.
“Hei!
Wanita siapa kau peluk-peluk? Apa yang sudah kau lakukan hingga membuatnya
menangis?”, selidik pria bernama Luhan yang kupanggil hyung tersebut. Begitu
mendengarnya, Hyun Jie sempat melonjak agak menjauh.
“Kau
sudah lupa? Dia Hyun Jie! Teman kecilku saat di Jeju.”, jawabku dengan ingin
mengusirnya dari momen berhargaku ini. Kudengar hyung hanya ber- “Oh!” ria
menjawabnya.
Flashback end
Aku
masih tak mengerti mengapa Hyun Jie ikut terlibat. Mengapa Jongin mengincar
Hyun Jie? Apa dia tahu masa laluku? Tapi untuk apa? Aku bahkan seharusnya tak
dicurigai olehnya. Karena akupun juga tidak mengunduh file tersebut.
Tao POV
Dengan
berani aku menghampiri mereka. Dag dug dug gedebug bug. “Aw!”.
“Kau
kalah cepat, Tao.”, ia mengikat tanganku ke belakang punggungku dengan cepat.
“Seharusnya
sebelum berperang, kau menyiapkan strategi terlebih dahulu. Beginilah jadinya.
Hahaha. Jadikan itu pelajaran!”, setelah menertawaiku, ia menjendul kepalaku.
Kurang ajar! Aku bahkan lebih tua darimu, bocah tengik!
“Jadi,
siapa selanjutnya?”, Kai menunggu respons dari agen EXO yang lainnya yang
sedari tadi hanya menonton.
“Tak
kusangka kalian begitu memprihatinkan dari yang kubayangkan. Heh..”, Kai
melenguh berusaha memancing perkelahian.
Sekarang
aku berada diantara dua yeoja yang sama halnya denganku. Terikat dikursi. Namun
Hyun Na dan satunya lagi yang kudengar dari Sehun adalah Hyun Jie, mereka
sama-sama tak sadarkan diri. Aku berusaha membangunkan mereka.
“Kurasa
ini yang namanya Hyun Jie. Cantik! Tahukah kalian mengapa dia juga ada di
sini?”, giliran Chen berbicara sambil mengelus pipi Hyun Jie yang masih belum
siuman dan berlanjut membelai juga menyisir rambut panjang Hyun Jie sampai
ujung rambutnya dengan jarinya lalu mengendus aroma rambutnya.
“Singkirkan
tangan kotormu itu darinya!”, bentak Sehun.
“Oh!
Ternyata kita tak salah menangkap umpan. Hahhaha... sini kalau berani!”, Chen
memancing perkelahian dan keenam agen EXO yang ada di tempat kejadian perkara
langsung ikut dalam permainan Kai dan Chen. Benar, enam lawan dua. Kuharap
mereka bisa mengalihkan perhatianku untuk mencoba membangunkan kedua yeoja
disampingku lalu membebaskan diri.
Saat
semua sedang sibuk berkelahi...
“Hyun
Na! Hyun Jie!”, ya, nama yeoja satunya adalah Hyun Jie.
“Cepat
bangun! Hey!”, aku menggoyang-goyangkan kursi dengan badanku yang juga masih
terikat. Kulihat mereka mulai sadar.
“Ayo,
bangun!”, mereka masih mengerjap-kerjapkan matanya.
“Dimana
ini? Di halaman sekolah? Hyun Jie!”, aduh! Jangan reuni dulu!
“Hyun
Na! Pria itu! Dia... dia tadi... Hey, itu Sehun ‘kan? Kita dimana? Sebelahmu
itu siapa? Waduh! Mengapa kita diikat seperti ini? Apa kita akan dipanggang dan
dijadikan santapan mereka?”, cerocos Hyun Jie begitu matanya terbuka lebar.
“Mwo?”,
aku dan Hyun Na melonjak bersamaan.
“Darimana
kau dapatkan pemikiran seperti itu?”, tanya Hyun Na pada Hyun Jie.
“Sudah
cukup! Hyun Na, ambilkan pisau lipat di saku celanaku! Dan kau yang bernama
Hyun Jie, cepat berganti posisi di sini!”, sambil mengarahkan mereka.
“Na,
efek apa yang kau rasakan sehingga mereka menculik kita?”, Hyun Jie
menyempatkan dirinya untuk bertanya pada Hyun Na.
“Efek?
Aku belum merasakan apa-apa. Mengapa mereka bisa menangkapmu? Bagaimana mereka
tahu? Memangnya yang kemarin itu apa?”, tanya Hyun Na balik.
“Aku
belum tahu pasti. Aku mana tahu. Bukankah kau yang mengunduhnya?”, tanya Jie
yang sontak membuat semua yang sedang berkelahi menatap kami.
“Oops!”,
Hyun Jie keceplosan.
“Ternyata
yang kami cari tidak jauh dari kami. Semuanya terjadi begitu saja.”, tatap Chen
pada kami.
“Jadi
kau yang mengunduhnya? Bagaimana bisa? Aish!”, aku tak menyangka jika
tetanggakulah yang melibatkan dirinya sendiri yang bahkan aku ingin hindari
untuk fokus sekolah.
“Mian,
nado nan molla. Aku pikir itu semacam tiket SMTOWN. Uhm... dan sebenarnya aku
juga sudah tahu jika itu file rahasia. Bahkan sebelum kau beri tahu, aku juga
sudah tahu jika kau adalah mata-mata. Eomma mu menyuruhku menggunakan
komputermu karena jarang kau gunakan. Kurasa itu alasannya karena mereka tak
bisa membuka passwordnya.”, jelas Hyun Na.
“Eh...
dan tadi... entah apa yang kupikirkan, aku ingin membantumu. Heheheh. Kurasa
aku ingin bergabung bersama kalian menjadi mata-mata. Jadi, tadi kulakukan hal
yang sangat sia-sia untuk menginterogasi Kai. Yang ada aku tertangkap basah
olehnya. Hheheh... Peace!”, jawabnya menyengir tanpa dosa.
“Hya!
Apa yang kau lakukan? Kau sudah membahayakan kami semua! Kau pikir tugas
mata-mata hanya memecahkan kode? Kau bisa apa untuk bertahan diri?”, kesalku
sambil sedikit membentaknya.
“Twinnie!
Aku tak menyangka kau tak memberitahuku tentang hal itu. Jadi, dia yang bernama
Tao. Dan kau tega sekali menyakiti twinnie mu sendiri!”, giliran Hyun Jie memarahinya.
“Mian!”,
Hyun Na menyesal lalu menundukkan kepalanya.
“Cukup
untuk bercakap-cakapnya. Sekarang dimana file itu?”, todong Kai pada Hyun Na.
“Ada
di ponsel.”, jawab Hyun Na lagi yang membuatku ingin membungkam mulutnya.
Kai
dan Chen langsung mencari ponsel tersebut di tas Hyun Na.
“Hya!
Mau jadi agen rahasia macam apa kau ini? Menyimpan rahasia saja tidak bisa.”,
omelku lagi padanya.
“Maaf,
aku masih pemula. Hehe...”, cengirnya lagi.
“Dimana
ponsel itu?”, selidik Kai intens pada Hyun Na. Beruntung mereka tak
menemukannya.
Kulihat
Hyun Na akan membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu lalu aku mendahuluinya,
“Sudah. Jangan katakan lagi!”.
“Lagipula
ponselnya juga sudah rusak.”, dia masih bersikeras ingin mengatakannya. Tapi
kurasa arti kata rusak berarti sudah tak ada lagi file tersebut. Ok, kau masih
dimaafkan.
“Rusak?
File itu? Kartu memorinya?”, tiba-tiba Chen menggetarkan langit hingga suara
halilintar semakin keras menggema. Ya, kurasa dia kecewa atas jawaban tersebut.
“Benar.
Ponselnya seketika langsung rusak total hingga kartu memorinyapun ikut
hangus.”, tambah Hyun Jie.
“Jadi,
kau mengetahuinya sekarang? Sudah, usai sudah. Tak ada lagi yang bisa kau cari.
Kami sudah menghancurkannya. Jadi sekarang kau mau apa?”, pancing Hyun Na.
“Kau
pikir kami bodoh? Sebenarnya file itu justru ada di dekat kami.”, Kai
mendekatkan wajahnya pada Hyun Na sehingga membuat Hyun Na ketakutan.
“A...Apa
maksudmu?”, Hyun Na bertanya sekuat suaranya yang bergetar karena takut.
“Hm...”,
senyum itu lagi. Senyum yang membuatku muak setiap melihat Kai.
“Sebenarnya
kau selalu membawa file itu kemanapun.”, tambah Kai.
“Benarkah?
Wah, berarti file itu masih ada?”, tanya Chen girang.
“Yah,
hyung! Tak bisakah kau menunjukkan kegaranganmu. Dan bagaimana bisa kau tidak
ingat apapun yang aku katakan tentang batu kristal pada file itu? Ish!”, Kai
kecewa dengan bosnya.
“Hehe.”,
ini orang ludah ketularan virus cengar-cengir-cengirnya Hyun Na. Ckckck.
“Kalian
tahu, file tersebut telah dibuka dan berubah menjadi kristal yang sekarang ada
pada jantung kedua gadis itu!”, jelas Kai pada semua agen lalu menunjuk Hyun Na
dan Hyun Jie.
“MWO?”
>>> To Be Continued <<<
kereeennnn
BalasHapus