Selasa, 03 Juni 2014

The Spy Next Door (Chapter 5)


Title                 : The Spy Next Door
Title chapter    : Heart
Author             : Kim Hyun Na a.k.a Fidya Amelia
Main cast         : Huang Zi Tao, Kim Hyun Na, Kim Jongin, EXO Member, Kim Hyun Jie
Genre              : Action, Friendship, Romance, Fantasy
Length             : Chaptered
Disclaimer       : famelia28.blogspot.com

Begitu sampai di halaman sekolah, Chen mengulurkan tangannya ke atas langit. Dan dari jari telunjuknya keluar percikan api yang memancar ke udara dan membuat suara menggelegar. Persis dengan lengkingan suaranya yang mampu menembus awan. Kilatan-kilatan. Sambaran-sambaran terkilat di udara. Dan setiap kilatan memancarkan gelombang suara menggelegar yang membuat cuaca seketika mendung. Hawa disekitar kami semakin dingin mencekam. Tampak lampu cahaya matahari terasa redup tertutup awan.
Jeduarr!
#NP : Muse-Supermassive Blackhole

Chapter 5

            TUK!
            Aku tak ingin kejadian ini membahayakan orang lain. Terlebih ini tak boleh ada dalam berita harian atau apapun. Kami adalah mata-mata yang ditugaskan untuk menyelidiki, membongkar, memberantas, serta menuntaskan semua masalah yang terjadi. Dan sekarang mengapa itu terjadi pada anggota kami? Siapa dalang dibalik semua ini? Itulah yang masih terngiang dalam benakku.
            Yang ada dihadapanku adalah Kai, Chen, Hyun Na dan seorang gadis lagi yang aku tak tahu siapa dia. Mereka berada di tengah-tengah halaman sekolah. Mereka memusatkan diri mereka. Menurut mereka itu menarik? Untuk apa kalian lakukan itu? Kulihat lagi di deretan murid-murid yang sedang membeku dalam sihir waktuku ada beberapa yang masih dapat menggerakkan tubuh mereka. Mereka tampak tergesa-gesa menghampiri kami. Yaitu, anggota kami, ada Baekhyun, Luhan, Sehun, Chanyeol, Suho, dan D.O. Ya, itu karena kami satu sekolah. Misi apa ini sehingga membuat kami satu sekolah? Baik, jawabannya ada pada orang-orang yang ada di tengah lapangan tersebut.
           “Hyun Jie!”, teriak Sehun yang terkejut begitu melihat ada dua gadis sedang dibekap oleh Kai. Kurasa itu yang disebelah Hyun Na. Namanya hampir mirip. Tapi mereka tak mirip sama sekali.
Sehun POV
         “Hyun Jie!”, aku membulatkan mataku lebar-lebar untuk melihat lagi dengan jelas. Ya, itu Hyun Jie. Mengapa dia ikut terlibat?
Flashback
           “Hyun Jie!”, apa benar itu dia?
           Kuhampiri gadis yang menjadi pusat perhatianku melebihi motorku sendiri yang akan kuambil dari parkiran. Kutinggalkan Luhan begitu saja demi gadis itu. Apa benar aku bertemu dengannya lagi? Ini Lotte. Mengapa dia terlihat murung?
        “Hyun Jie!”, kupanggil beberapa kali tapi tak disahut juga. Gadis itu Hyun Jie, kan? Apa aku salah lihat? Tidak! Kuat sekali tekadku hingga membuatku berlari menghampirinya lebih cepat.
         Tepat di hadapannya, “Kim Hyun Jie!”. Aku memperjelas namanya. Yes, dia melihat ke arahku.
       Dengan perlahan ia mendongak ke arahku. Mengamatiku dari ujung kaki hingga ujung kepalaku. Aku menunggu responnya. Sesekali kuberi isyarat untuknya agar segera mengenalku. Apa kau lupa? Lama sekali kau memandangiku. Aku agak sedikit kecewa. Kuulangi lagi, “Kim Hyun Jie! Sudahkah kau mengingatku?”.
      Ia masih terdiam di hadapanku. Berpikir dengan polosnya. Lucunya! Aku ingat betul kebiasaanmu yang ini. Ya, aku yakin kau adalah Kim Hyun Jie. Aku juga memandangmu sekelebat untuk membuka memori yang semoga aku tak menghapus semuanya.
            “Yehet!”, sambil kuekspresikan gayaku dan semoga ia benar-benar mengingatku.
            “Ehm...eh...neo!”, ya, sepertinya ia mulai mengingatku. Tapi aku masih kecewa. Mengapa dia melupakanku?
            “Ne? Nugu? Jangan katakan kau lupa denganku.”, jawabku menguji.
        Telunjuknya terangkat ke atas sambil lengannya maju mundur. “Ehm...mian! nuguya?”, tanyanya polos.
         “Mwo? Kau benar-benar melupakanku?”, tanyaku agak meninggikan nadaku. Sudah ada berapa pria bersamamu hingga kau melupakanku? Kali ini aku sangat kecewa padanya. Pasti ia juga lupa akan janji kami waktu itu. Huft!
            “Eh hehe”, kulihat tawa kecilnya. Manis sekali!
            “Mau kuperkenalkan lagi siapa diriku?”, tanyaku dengan menahan kekecewaanku.
            “Boleh”, jawabnya watados.
          “Perkenalkan, nama saya Oh Sehun!”, sambil menjabat tangannya dan menahan rasa kecewaku padanya.
            “Saya Kim Hyun Jie. Senang berkenalan dengan Anda!”, ia langsung membalas.
            “Jadi, kau sudah mengingatku?”, tanyaku.
            “Belum”
            “Mwo?”, apa kau amnesia? Atau kau benar-benar menghapusku dari ingatanmu?
            “Aw! Ya, appo!”, ia langsung menjitakku. Ada apa denganmu?
            “Tentu saja aku ingat. Kaulah yang pergi meninggalkanku secara tiba-tiba saat kita masih ada di pulau Jeju. Saat masih berumur 10 tahun, kau pernah membelikanku cokelat kit kat dan yakult lalu kau dipanggil Eomma mu dan katanya kau akan pindah rumah. Begitu aku ke rumahmu, kau sudah pergi tanpa mengucapkan apapun dan menitipkan apapun.”, jelasnya. Dia benar-benar mengingatku.
            “Apa kau menangis?”
            “Untuk apa aku menangisimu? Kurang kerjaan.”, jawabnya agak ragu.
        “Saat itu? Atau mungkin sekarangpun kau ingin menangis setelah menceritakan hal itu padaku?”, tanyaku intens.
            “Yah! Tentu tidak. Kau tak tahu betapa kuatnya seorang Hyun Jie?”, jawabnya tegar.
            “Oh, jadi yang ada di hadapanku sekarang adalah wanita perkasa? Wonder woman!”, godaku padanya.
            “Yah, Oh Sehun ah!”, sambil memukulku.
       “Aw aw aw! Sini sini! Aku tahu kau merindukanku sampai kau tak bisa membendung air matamu. Sekarang aku sudah di sini. Kau bisa melampiaskan semuanya. Aku sudah tak membuatmu dehidrasi air mata lagi. Dan maafkan aku!”, aku memeluknya dan ia menangis sejadi-jadinya.
           Saat aku meninggalkannya dulu, aku menyumbat saluran air matanya. Maaf jika saat kau ingin menangis tapi air matamu tak bisa keluar bahkan setetespun. Itu karena aku mengeringkannya. Aku tak ingin kau menangis saat aku tak ada disisimu. Maaf jika membuatmu terlalu lama menunggu dan membuatmu tersiksa karena tidak bisa menangis. Dan sekarang kita berjumpa lagi. Semoga kita tidak berpisah lagi.
         “Sehun!”, seseorang mengagetkanku dan Hyun Jie mulai melepaskan pelukannya juga menyeka air matanya.
    “Yah, hyung! Kenapa kau mengganggu kami?” *Usir tampan! Hush...hush sana!, aku mengarahkan mataku dan telapak tanganku untuk mengusirnya.
    “Hei! Wanita siapa kau peluk-peluk? Apa yang sudah kau lakukan hingga membuatnya menangis?”, selidik pria bernama Luhan yang kupanggil hyung tersebut. Begitu mendengarnya, Hyun Jie sempat melonjak agak menjauh.
       “Kau sudah lupa? Dia Hyun Jie! Teman kecilku saat di Jeju.”, jawabku dengan ingin mengusirnya dari momen berhargaku ini. Kudengar hyung hanya ber- “Oh!” ria menjawabnya.
Flashback end
          Aku masih tak mengerti mengapa Hyun Jie ikut terlibat. Mengapa Jongin mengincar Hyun Jie? Apa dia tahu masa laluku? Tapi untuk apa? Aku bahkan seharusnya tak dicurigai olehnya. Karena akupun juga tidak mengunduh file tersebut.
Tao POV
            Dengan berani aku menghampiri mereka. Dag dug dug gedebug bug. “Aw!”.
            “Kau kalah cepat, Tao.”, ia mengikat tanganku ke belakang punggungku dengan cepat.
            “Seharusnya sebelum berperang, kau menyiapkan strategi terlebih dahulu. Beginilah jadinya. Hahaha. Jadikan itu pelajaran!”, setelah menertawaiku, ia menjendul kepalaku. Kurang ajar! Aku bahkan lebih tua darimu, bocah tengik!
            “Jadi, siapa selanjutnya?”, Kai menunggu respons dari agen EXO yang lainnya yang sedari tadi hanya menonton.
            “Tak kusangka kalian begitu memprihatinkan dari yang kubayangkan. Heh..”, Kai melenguh berusaha memancing perkelahian.
            Sekarang aku berada diantara dua yeoja yang sama halnya denganku. Terikat dikursi. Namun Hyun Na dan satunya lagi yang kudengar dari Sehun adalah Hyun Jie, mereka sama-sama tak sadarkan diri. Aku berusaha membangunkan mereka.
            “Kurasa ini yang namanya Hyun Jie. Cantik! Tahukah kalian mengapa dia juga ada di sini?”, giliran Chen berbicara sambil mengelus pipi Hyun Jie yang masih belum siuman dan berlanjut membelai juga menyisir rambut panjang Hyun Jie sampai ujung rambutnya dengan jarinya lalu mengendus aroma rambutnya.
            “Singkirkan tangan kotormu itu darinya!”, bentak Sehun.
        “Oh! Ternyata kita tak salah menangkap umpan. Hahhaha... sini kalau berani!”, Chen memancing perkelahian dan keenam agen EXO yang ada di tempat kejadian perkara langsung ikut dalam permainan Kai dan Chen. Benar, enam lawan dua. Kuharap mereka bisa mengalihkan perhatianku untuk mencoba membangunkan kedua yeoja disampingku lalu membebaskan diri.
            Saat semua sedang sibuk berkelahi...
            “Hyun Na! Hyun Jie!”, ya, nama yeoja satunya adalah Hyun Jie.
            “Cepat bangun! Hey!”, aku menggoyang-goyangkan kursi dengan badanku yang juga masih terikat. Kulihat mereka mulai sadar.
            “Ayo, bangun!”, mereka masih mengerjap-kerjapkan matanya.
            “Dimana ini? Di halaman sekolah? Hyun Jie!”, aduh! Jangan reuni dulu!
            “Hyun Na! Pria itu! Dia... dia tadi... Hey, itu Sehun ‘kan? Kita dimana? Sebelahmu itu siapa? Waduh! Mengapa kita diikat seperti ini? Apa kita akan dipanggang dan dijadikan santapan mereka?”, cerocos Hyun Jie begitu matanya terbuka lebar.
            “Mwo?”, aku dan Hyun Na melonjak bersamaan.
            “Darimana kau dapatkan pemikiran seperti itu?”, tanya Hyun Na pada Hyun Jie.
            “Sudah cukup! Hyun Na, ambilkan pisau lipat di saku celanaku! Dan kau yang bernama Hyun Jie, cepat berganti posisi di sini!”, sambil mengarahkan mereka.
            “Na, efek apa yang kau rasakan sehingga mereka menculik kita?”, Hyun Jie menyempatkan dirinya untuk bertanya pada Hyun Na.
        “Efek? Aku belum merasakan apa-apa. Mengapa mereka bisa menangkapmu? Bagaimana mereka tahu? Memangnya yang kemarin itu apa?”, tanya Hyun Na balik.
            “Aku belum tahu pasti. Aku mana tahu. Bukankah kau yang mengunduhnya?”, tanya Jie yang sontak membuat semua yang sedang berkelahi menatap kami.
            “Oops!”, Hyun Jie keceplosan.
            “Ternyata yang kami cari tidak jauh dari kami. Semuanya terjadi begitu saja.”, tatap Chen pada kami.
        “Jadi kau yang mengunduhnya? Bagaimana bisa? Aish!”, aku tak menyangka jika tetanggakulah yang melibatkan dirinya sendiri yang bahkan aku ingin hindari untuk fokus sekolah.
           “Mian, nado nan molla. Aku pikir itu semacam tiket SMTOWN. Uhm... dan sebenarnya aku juga sudah tahu jika itu file rahasia. Bahkan sebelum kau beri tahu, aku juga sudah tahu jika kau adalah mata-mata. Eomma mu menyuruhku menggunakan komputermu karena jarang kau gunakan. Kurasa itu alasannya karena mereka tak bisa membuka passwordnya.”, jelas Hyun Na.
            “Eh... dan tadi... entah apa yang kupikirkan, aku ingin membantumu. Heheheh. Kurasa aku ingin bergabung bersama kalian menjadi mata-mata. Jadi, tadi kulakukan hal yang sangat sia-sia untuk menginterogasi Kai. Yang ada aku tertangkap basah olehnya. Hheheh... Peace!”, jawabnya menyengir tanpa dosa.
       “Hya! Apa yang kau lakukan? Kau sudah membahayakan kami semua! Kau pikir tugas mata-mata hanya memecahkan kode? Kau bisa apa untuk bertahan diri?”, kesalku sambil sedikit membentaknya.
            “Twinnie! Aku tak menyangka kau tak memberitahuku tentang hal itu. Jadi, dia yang bernama Tao. Dan kau tega sekali menyakiti twinnie mu sendiri!”, giliran Hyun Jie memarahinya.
            “Mian!”, Hyun Na menyesal lalu menundukkan kepalanya.
            “Cukup untuk bercakap-cakapnya. Sekarang dimana file itu?”, todong Kai pada Hyun Na.
            “Ada di ponsel.”, jawab Hyun Na lagi yang membuatku ingin membungkam mulutnya.
            Kai dan Chen langsung mencari ponsel tersebut di tas Hyun Na.
           “Hya! Mau jadi agen rahasia macam apa kau ini? Menyimpan rahasia saja tidak bisa.”, omelku lagi padanya.
            “Maaf, aku masih pemula. Hehe...”, cengirnya lagi.
         “Dimana ponsel itu?”, selidik Kai intens pada Hyun Na. Beruntung mereka tak menemukannya.
          Kulihat Hyun Na akan membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu lalu aku mendahuluinya, “Sudah. Jangan katakan lagi!”.
         “Lagipula ponselnya juga sudah rusak.”, dia masih bersikeras ingin mengatakannya. Tapi kurasa arti kata rusak berarti sudah tak ada lagi file tersebut. Ok, kau masih dimaafkan.
        “Rusak? File itu? Kartu memorinya?”, tiba-tiba Chen menggetarkan langit hingga suara halilintar semakin keras menggema. Ya, kurasa dia kecewa atas jawaban tersebut.
            “Benar. Ponselnya seketika langsung rusak total hingga kartu memorinyapun ikut hangus.”, tambah Hyun Jie.
            “Jadi, kau mengetahuinya sekarang? Sudah, usai sudah. Tak ada lagi yang bisa kau cari. Kami sudah menghancurkannya. Jadi sekarang kau mau apa?”, pancing Hyun Na.
       “Kau pikir kami bodoh? Sebenarnya file itu justru ada di dekat kami.”, Kai mendekatkan wajahnya pada Hyun Na sehingga membuat Hyun Na ketakutan.
            “A...Apa maksudmu?”, Hyun Na bertanya sekuat suaranya yang bergetar karena takut.
            “Hm...”, senyum itu lagi. Senyum yang membuatku muak setiap melihat Kai.
            “Sebenarnya kau selalu membawa file itu kemanapun.”, tambah Kai.
            “Benarkah? Wah, berarti file itu masih ada?”, tanya Chen girang.
         “Yah, hyung! Tak bisakah kau menunjukkan kegaranganmu. Dan bagaimana bisa kau tidak ingat apapun yang aku katakan tentang batu kristal pada file itu? Ish!”, Kai kecewa dengan bosnya.
            “Hehe.”, ini orang ludah ketularan virus cengar-cengir-cengirnya Hyun Na. Ckckck.
            “Kalian tahu, file tersebut telah dibuka dan berubah menjadi kristal yang sekarang ada pada jantung kedua gadis itu!”, jelas Kai pada semua agen lalu menunjuk Hyun Na dan Hyun Jie.
            “MWO?”

>>> To Be Continued <<<

1 komentar: